REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Sebagian besar Puskesmas di Indonesia belum memiliki psikolog. Padahal sekitar 25 persen penyakit yang dikeluhkan pasien yang datang ke Puskesmas sebetulnya berkaitan dengan kesehatan jiwa.
Hal itu dikemukakan Psikolog Fakultas Psikologi UGM Diana Setiyawati, Jumat (6/2). Menurut dia, di setiap Puskesmas rata-rata melayani 80 pasien per hari. Banyak pasien yang berkaitan dengan kesehatan jiwa seperti maag, sulit tidur berkali-kali datang ke Puskesmas. Tetapi karena dokter dan perawatnya sibuk dan tidak ada psikolog biasanya pasien hanya diberi obat. Ketika datang ke Puskemas lagi dengan keluhan yang sama, mereka diberi obat lagi.
Karena tidak adanya psikolog di Puskesmas, kesehatan jiwa menjadi tidak tertangani dengan baik. Bahkan penyakitnya bisa lebih parah.
Peraih Australia Awards-Hadi Soesastro Prize yang dianugerahkan oleh Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop ini menambahkan, sekitar enam dekade yang lalu, World Health Organization (WHO) menyampaikan bahwa kesehatan bukan berarti semata-mata ketidakadaan penyakit. Namun merupakan kondisi sejahtera dari segi fisik, kejiwaan, dan keberfungsian sosial.
Di Indonesia, kesehatan jiwa tapi belum menjadi prioritas. Keadaan tersebut tercermin pada fasilitas penanganan gangguan jiwa di Indonesia yang kurang memadai, pelayanan kesehatan jiwa yang tidak bisa menyentuh semua lapisan masyarakat, dan kebijakan-kebijakan pemerintah yang cenderung masih mengesampingkan pentingnya kesehatan jiwa.
Padahal masalah gangguan kesehatan jiwa di Indonesia adalah masalah besar. Prevalensinya sebanyak 1,7 per mil untuk gangguan jiwa berat yang sudah pada taraf Schizhofrenia yang oleh masyarakat awam disebut "orang gila". Sehingga hal itu belum termasuk gangguan emosi yang dialami masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
Belum lagi, kata Diana, penyakit-penyakit kronis seperti diabetes mellitus, stroke, dan sebagainya juga sangat erat dengan kesehatan jiwa. Menurut penelitian, pasien yang menderita penyakit kronis rawan depresi, dekat dengan keinginan untuk mati. Sehingga hal ini bisa mempercepat kematian. Kasus seperti ini banyak yang tak tertangani.
Itulah pentingnya psikolog di pelayanan dasar seperti Puskesmas. Di DIY baru di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta yang setiap Puskesmas ada psikolognya. Sehingga bila ada kasus yang berkaitan dengan kesehatan jiwa bisa tertangani dengan baik.