REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Kematian akibat kanker di seluruh dunia lebih tinggi dibanding penyakit Jantung dan Stroke. Bahkan lebih tinggi dibanding total kematian akibat TBC,Malaria dan AIDS.
Jumlah ini terus meningkat hingga diperkirakan mencapai lebih dari dua kali lipat dalam 20 tahun dan 70 persen terjadi di negara-negara berkembang. Bahkan di yakini di 2030, Indonesia akan menghadapi epidemi kanker.
Padahal, menurut Kepala Bidang Promosi Kesehatan RSUP Dr Sardjito Sri Rahayu, kalau menilik pernyataan Badan Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 43 persen kanker bisa dicegah. Caranya adalah dengan menghindari risiko terjadinya kanker.
Menghindari fakto risiko diantaranya: tembakau, pengawet, pewarna tekstil, radiasi, infeksi/virus. Tembakau diketahui sebagai faktor yang meningkatkan risiko terjadinya 15 tipe kanker seperti kanker paru, kanker rongga mulut, tenggorok.
Selain itu Sekitar 43 persen kasus kanker bisa dicegah dengan pola hidup sehat dan olahraga. Pola hidup sehat antara lain: makan makanan tinggiserat (perbanyak sayur buah, biji-bijian), kurangi daging merah dan daging olahan) gantikan dengan ikan atau unggas.
Sementara itu, antara kontaminan dan bahan aditif makanan sebagian besar belum jelas hubungannya, kecuali kontaminan logam berat (Cadmium, Mercury), hormon pertumbuhan, antibiotik, pestisida, BPA, dan phthalate. Selain itu pemicu secara tidak langsung (hormon-like substance), garam (pengasinan), senyawa Nitrit (terutama dalam pengolahan daging) dan senyawa anilin (pewarna tekstil).