REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi berskala besar di Inggris menyatakan bahwa perempuan yang menikah berisiko lebih kecil terkena penyakit jantung dibandingkan perempuan lajang.
Studi yang dimuat di jurnal BMC Medicine awal Maret ini, mensurvei 1,3 juta perempuan berusia 50 tahun ke atas. Para peneliti menganalisis data para perempuan yang direkrut antara 1996-2001 oleh Million Women Studi, sebuah lembaga riset kesehatan nasional Inggris.
Dikutip dari www.parentsindonesia.com, para peneliti mencatat riwayat rawat inap dan kematian yang terkait penyakit jantung. Hasilnya, sebanyak 30.747 perempuan menderita penyakit jantung dan 2.148 orang meninggal karena penyakit itu.
Dari data yang ada, peneliti mencatat risiko terkena penyakit jantung sama besar antara perempuan menikah dan tidak menikah. Namun data yang ada menunjukkan bahwa jumlah perempuan menikah yang meninggal karena jantung 28% lebih kecil dibandingkan yang belum menikah.
Perbedaan itu cukup signifikan karena para peneliti telah memasukkan faktor lain yang mungkin berpengaruh, seperti usia, status sosial ekonomi, dan gaya hidup.
Mengapa risiko perempuan menikah lebih kecil? Para peneliti menyatakan bahwa pasangan berperan mendorong istrinya untuk mewaspadai masalah itu dan membantu mencari pengobatan. Para peneliti berkesimpulan bahwa pasangan berperan penting dalam mendukung perempuan mengatasi risiko penyakit jantung.
Keterbatasan penelitian ini adalah kurang jelasnya status peserta yang tidak menikah ketika mereka mendapat kuesioner lanjutan, yang diajukan 3 tahun setelah kuesioner awal. Peneliti tidak mencatat apakah mereka sudah pernah menikah, menjanda, atau bercerai.