REPUBLIKA.CO.ID, Penderita penyakit Artritis Reumatoid (AR) di Indonesia memang belum begitu signifikan, begitupun di dunia. Penderita AR hanya sekitar 0,24 persen dari jumlah penduduk di Indonesia. Di dunia penderitanya hanya 0,3 hingga 1 persen populasi manusia.
Tidak hanya penderitanya yang sedikit, ahli medis yang paham pun tergolong minim. Indonesia mencatat hanya memiliki tenaga medis spesialis reumatologi sebanyak 47 orang. Mereka juga tidak tersebar di seluruh Indonesia. "Paling banyak distribusinya baru di Pulau Jawa. Di sumatera baru ada di beberapa kota, seperti Palembang, Padang, dan Sumatera Utara, dan beberapa di Kalimantan, serta Sulawesi, " ujar dr. Sumariyono, SpPD-KR, Ketua dari Indonesia Rheumatism Associations (IRA).
Hal itu juga diakui oleh dr. Bambang Setiyohadi, SpPD-KR, salah satu penasehat dari IRA. Tenaga reumatologi di Indonesia masih sedikit. Karena, tidak semua pasien penderita AR harus dirujuk ke dokter reumotologi.
Setiap penderita AR memiliki tingkatan dalam tahap pengobatannya. Menurutnya, jika telah terdeteksi secara dini, maka cukup dengan dokter umum dan akan diberikan obat yang sesuai dengan tahapannya.
"Tidak semua kasus harus ditangani oleh reumatologi. Bisa juga dilakukan hanya sampai ke internis. Internis juga telah dibekali ilmu penyakit reumatik, " kata Bambang.
Sumariyono melanjutkan, IRA sebagai organisasi yang peduli dengan penyakit AR terus berupaya optimal untuk meningkatkan pemahaman para pasien AR. "Secara simultan kita juga terus meningkatkan pengetahuan dan kualifikasi para dokter dan tenaga kesehatan lain tentang AR," jelas pria yang bekerja sebagai dokter reumotologi di RSCM Jakarta.