REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia (Pergizi Pangan) Hardinsyah mengatakan, 30 persen anak tidak sarapan sebelum pergi ke sekolah.
"Sedangkan 70 persen anak sarapan namun belum memenuhi kriteria gizi. Sarapan itu penting sebab saat tidur sebenarnya orang juga mengeluarkan energi," kata Hardinsyah akhir pekan lalu dalam acara Kampanye Sarapan Sehat Pergizi, Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI), dan Indofood.
Dikatakan lebih lanjut, bila anak tidak sarapan saat sekolah, hal itu menyebabkan anak mengalami penurunan zat gizi dan glukosa. "Ini ditandai dengan anak menjadi tidak mood, konsentrasi menurun, bahkan kalau terjadi dalam jangka panjang maka daya ingat juga akan turun," katanya menambahkan.
Berdasarkan penelitian, antara anak yang sarapan dan yang tidak sarapan mengalami perbedaan dalam kaitannya dengan kecerdasan. Anak yang sarapan memiliki daya ingat yang lebih optimal dibanding dengan anak yang tidak sarapan.
Sarapan dalam jangka panjang, sangat penting untuk meningkatkan prestasi dan perkembangan otak. Selain itu sarapan juga melatih disiplin serta kebersamaan.
Di tempat yang sama, General Manager Corporate Communications PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Stefanus Indrayana mengatakan, pihaknya akan selalu mendukung pembangunan gizi bangsa Indonesia melalui berbagai produknya.
"Kami juga selalu hadir untuk melakukan kampanye sarapan sehat di sekolah-sekolah. Saat sarapan siswa bisa minum susu yang kaya kalsium, vitamin D, dan fosfor yang bagus bagi perkembangan tulang."