REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Di Indonesia terjadi beban ganda akibat masalah Iodium. Saat ini di Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) di Magelang sedang menggalakkan kembali surveilans GAKI.
Beberapa kasus kretin ditemukan saat sudah berusia di atas lima tahun dan tersebar di beberapa kabupaten di Jawa Tengah. Di sisi lain pasien yang berkunjung di Klinik Balitbang GAKI Magelang, 50 persen lebih adalah pasien hipertiroid (red. kelebihan Iodium).
Hal itu dikemukakan Kepala Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama di sela-sela acara membuka Rapat Kerja Balai Litbang GAKI di Yogyakarta, Rabu (18/3).
"Jadi ada semacam beban ganda yaitu seperti kekurangan Iodium yang ditandai dengan kretin dan kelebihan Iodium yang ditandai hipertiroid," tuturnya.
Menurut dia, memang ada kemungkinan analisa lain yakni hipertiroid dapat terjadi akibat konsumsi Iodium yang berlebih, tetapi dapat juga dari sebab autoimun.
Dia menambahkan, kretin memang dapat terjadi karena kekurangan konsumsi Iodium, karena ada beberapa daerah yang capaian garam berIodium belum sampai 90 persen.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Balai Litbang GAKI di Kabupaten Kulon Progo 2014 terhadap anak sekolah, proporsi Iodium sebagian besar ekses (kelebihan) Iodium. Namun dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap ibu hamil masih ada yang kekurangan Iodium yakni sekitar 42,2 persen.
Salah satu indikator keberhasilan program penanggulangan GAKI adalah lebih dari 90 persen rumah tangga menggunakan garam beriodium (WHO). Terjadinya kasus kretin endemik karena ibunya pada waktu mengandung kekurangan Iodium.
Namun bisa juga kemungkinan munculnya kasus kretin yang penyebabnya karena adanya kelainan pada kelenjar tiroid dan kelenjar tidak terbentuk (agenesis), bisa lebih kecil dari seharusnya (atrofi) atau letaknya tidak pada tempatnya (ektopik).
"Kretin sporadik ini penyebabnya belum diketahui dengan pasti, tapi ada kemungkinan karena adanya mutasi genetik," ujarnya.