REPUBLIKA.CO.ID, Pentingnya pemenuhan gizi awal kehidupan sebagai modal untuk membangun hidup sehat, cerdas, dan produktif bagi generasi mendatang harus menjadi perhatian. Tak hanya jadi perhatian orang tua, tapi juga negara.
Pemenuhan gizi sebenarnya dapat d fokuskan pada zat gizi yang masih tergolong kurang atau defisiensi. Misalnya, protein, asam lemak esensial, zat besi, kalsium, yodium, zinc, vitamin A dan D, serta asam folat. Indonesia bahkan termasuk negara di Asia yang menunjukkan prevalensi kekurangan vitamin D pada anak yang cukup tinggi.
Studi yang dilakukan SEANUT pada 2013 menunjukan prevalensi kekurangan Vitamin D pada anak-anak di Indonesia berumur 2-5 tahun sebesar 42,8 persen di desa dan 34,9 persen di kota. Padahal vitamin D merupakan salah satu zat gizi yang memengaruhi kualitas pertumbuhan anak-anak.
"Pemenuhan gizi seimbang terutama bagi calon ibu hamil, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita terus diperlukan. Terutama difokuskan pada zat gizi yang masih defisiensi seperti protein, asam lemak esensial, zat besi, kalsium, yodium, zink, vitamin A dan Dn dan asam folat," kata Profesor Hardinsyah, guru besar Fakultas Ekologi Manusia IPB, di Jakarta, Jumat, (20/3).
Masalah gizi di Indonesia, lanjut Hardinsyah masih memprihatinkan. Hal tersebut terlihat dari jumlah balita bertumbuh pendek (stunting) akibat kekurangan gizi. Angka persentase balita stunting mencapai 37,2 persen atau 8,8 juta balita di Indonesia pada 2013.