REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi SEANUT pada 2013 menunjukkan hampir separuh balita yang lahir di Indonesia mengalami kekurangan vitamin D. Direktur Developmental Physiology & Nutrition Danone Nutricia Early Life Nutrition Belanda, Dr Martine Alles mengatakan, Indonesia termasuk negara yang menunjukkan prevalensi kekurangan vitamin D pada anak yang cukup tinggi.
"Studi SEANUT Indonesia 2013 menunjukkan prevalensi kekurangan vitamin D pada anak-anak Indonesia berumur 2-4,9 tahun adalah sebesar 42,8 persen di desa dan 34,9 persen di kota," katanya.
Ia mengatakan, kasus internasional juga menunjukkan vitamin D sebagai salah satu zat gizi yang mempengaruhi kualitas pertumbuhan anak-anak. Ia mencontohkan, pada abad 19 terjadi insiden penyakit riketsia (pertumbuhan tulang dalam bentuk abnormal) yang melanda Eropa dan Amerika Serikat, khususnya di daerah perkotaan. Itu disebabkan kurang terpaparnya anak-anak pada sinar matahari.
Pengobatan yang dilakukan kemudian adalah penggunaan minyak ikan pada abad ke-20 dan penetapan vitamin D sebagai fortifikasi mentega sejak 1961.
"Meningkatnya penyakit riketsia ternyata menyingkapkan manfaat lain vitamin D. Selain memperbaiki pertumbuhan tulang, vitamin D juga berpengaruh terhadap imunitas adaptif," kata Dr Martine Alles.
Ia mengatakan, asupan rendah vitamin D, kekurangan (deficiency) vitamin D, dan ketidakcukupan (insufficiency) vitamin D tidak hanya terjadi pada anak-anak di Eropa, tetapi juga di Asia.