REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Rokok Elektronik yang saat ini sedang marak dikalangan para pecandu rokok ternyata juga memiliki dampak baru. Dilansir dari CNN, WHO mencatat, rokok elektronik akan membuat seseorang kecanduan nikotin.
Sejak diperkenalkan pada 2006, rokok elektronik telah menjadi kebiasaan baru di kalangan perokok. Para perokok yang hendak menghentikan kebiasaan mereka merokok tembakau kemudian mulai beralih ke rokok elektronik ini. Namun, beberapa kritikus di WHO berpendapat rokok elektronik ini akan memicu kecanduan baru pada nikotin. Terutama di kalangan anak muda.
"Rokok elektronik sebaik apapun tetap memiliki dampak yang tidak baik, apalagi dikalangan remaja, mereka tidak boleh menggunakan rokok elektronik tersebut sebab banyak mengandung nikotin dan resiko lainnya," ujar Ketua Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, WHO, Tim McAfee, Selasa (24/3).
Rokok elektronik diklaim sebagai rokok yang lebih sehat dan ramah lingkungan daripada rokok biasa dan tidak menimbulkan bau dan asap. Selain itu, rokok elektronik lebih hemat daripada rokok biasa karena bisa diisi ulang. Bentuknya ENDS seperti batang rokok biasa. Namun tidak membakar tembakau, seperti produk rokok konvensional. Rokok ini membakar cairan menggunakan baterai dan uapnya masuk ke paru-paru pemakai.
Meski begitu, WHO masih bersikukuh untuk tetap menilai bahwa rokok tembakau lebih berbahaya ketimbang rokok elektronik. WHO mencatat, enam juta orang terbunuh setiap tahunnya akibat rokok tembakau.
Saat ini WHO sedang berusaha dengan negara negara berkembang untuk bisa menekan jumlah perokok tembakau. Hal ini sudah bertahun dilakukan dengan berbagai cara, seperti membatasi iklan rokok, dan meningkatkan harga pajak.