REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Obat Tuberculocis atau biasa disebut multidrug-resistant TB sudah tak lagi menunjukan keampuhannya. Sebab bakteri TB saat ini semakin berevolusi dan mengembangkan resistensi terhadap obat TB.
"Ancaman evolusi bakteri TB mengakibatkan beban obat resistant TB tak mampu lagi melemahkan bakteri TB. Ini akan membahayakan manusia dan stabilitas ekonomi," ujar Jim O'Neill Ekonom yang juga anggota parlemen Inggris, Rabu (25/3) seperti dilansri Huffington Post.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh WHO pada 2013, obat TB ternyata mengalami penurunan fungsi dan menduduki level kritis. Multidurg-resistent TB gagal merespon bakteri TB.
Dampak dari bahaya endemik bakteri TB ini setidaknya ada 75 juta nyawa tidak bisa diselamatkan, dan menghabiskan biaya ekonomi global sebesar 167 miliiar dolar.
Parlemen Inggris mendesak WHO kembali mencanangkan penelitian baru dan termutakhir untuk bisa menemukan penangkal dari penyakit TB ini. Sampai 2015 saja tercatat ada 480 ribu kasus baru terinfeksi bakteri TB.
Selain melakukan langkah progresif dalam penelitian, tenaga medis di seluruh dunia diharapkan berhati-hati dalam memberikan dosis dan jenis obat sesuai dengan kondisi pasien. Kesalahan dosis dan jenis obat malah akan menambah parah infeksi yang dilakukan bakteri.