REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Meskipun dampak buruk rokok pada janin sering dikampanyekan banyak pihak, ternyata sekitar 10 persen ibu hamil di Amerika Serikat masih merokok selama masa kehamilan.
Peneliti dari Universitas Durham di Inggris Nadja Reissland melakukan studi untuk meneliti perkembangan janin pada ibu perokok di Amerika. Ia menggunakan gambar ultrasound dengan tingkat ketajaman tinggi dalam penelitiannya, seperti dilansir Huffington Post, Selasa (24/3).
Hasil studi Reissland dapat membuat ibu hamil berpikir dua kali untuk melanjutkan kebiasaan merokok. Reissland menunjukkan rokok dapat mengubah gerakan mulut dan tangan janin. Selain itu, temuan lain juga menunjukkan adanya beberapa gangguan pengembangan sistem saraf pusat pada janin.
“Jika kita menunjukkan video gangguan perkembangan janin ini kepada ibu-ibu perokok, mereka cenderung akan berhenti merokok,” jelas Reissland.
Tak hanya Reissland, sejumlah peneliti dari Universitas Durham dan Lancaster di Inggris juga menganalisis 80 gambar ultrasound dari 20 janin berusia 24 sampai 36 pekan. Analisis itu dilakukan untuk mengamati gerakan mulut dan tangan mereka.
Dari 20 janin tersebut, empat janin merupakan janin dari ibu yang memiliki kebiasaan merokok hingga 14 batang perhari. Sedangkan janin lainnya merupakan janin dari ibu yang tidak merokok.
Para peneliti melihat janin yang ibunya merokok melakukan gerakan mulut lebih sering dari kebiasaan janin normal. Mereka berhipotesa, ketika janin terkena paparan nikotin, sistem saraf pusat yang mengontrol gerakan wajah tidak berkembang seperti janin normal. Efek tersebut juga terjadi pada janin yang ibunya memiliki gejala stres atau depresi.
“Namun efek paparan nikotin jauh lebih buruk,” ujar Reissland.