REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa mengurangi asupan gula harian bearti mengurangi risiko kelebihan berat badan, obesitas, dan kerusakan gigi. Ini tidak berlaku untuk gula alami yang terdapat di dalam buah, sayuran segar, dan susu.
Ini berlaku untuk gula yang ditambahkan ke dalam makanan olahan, seperti donat, kue, permen, dan minuman ringan. WHO merekomendasikan bahwa orang-orang diAmerika, Eropa, dan negara lainnya untuk memotong asupan gula rata-rata sekitar dua per tiga atau turun hanya 10 persen dari kalori mereka secara keseluruhan.
Untuk negara-negara berkembang dimana perawatan gigi kurang maju, maka WHO merekomendasikan mengurangi asupan gula hingga ke level lima persen dari kalori secara keseluruhan. Di AS, orang dewasa saat ini mengonsumsi 11-15 persen gula tambahan.
Di Eropa, asupan gula bervariasi di setiap negara. Untuk orang dewasa di Hungaria dan Norwegia hanya mengonsumsi sekitar tujuh persen. Di Spanyol dan Inggris, masyarakatnya mengonsumsi gula hingga 17 persen. Anak-anak di Eropa, menurut data WHO bahkan mengonsumsi gula lebih tinggi lagi, sekitar 12 persen di Denmark, Slovenia, dan Swedia, serta 25 persen di Portugal.
"Masalahnya adalah kita sudah terlalu banyak makan gula. Bahkan hanya sebuah permen pun, Anda mungkin sudah makan cukup banyak gula," kata ilmuwan dari Universitas Oxford, Kieran Clarke, dilansir dari Time for Kids, Rabu (1/4).
Clarke menambahkan bagi mereka yang benar-benar tak bisa menghentikan kebiasaan makan permn, maka untuk menyeimbangkan gulanya melalui olah raga rutin. Pasalnya, olah raga rutin memungkinkan Anda bisa tetap memakan apa saja.