REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia melakukan beberapa upaya untuk menekan kasus penyakit jantung (kardiovaskular). Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes, Tjandra Yoga Aditama mengatakan, kasus kardiovaskuler memang meningkat dari waktu ke waktu. Untuk itu, pihaknya melakukan upaya menekan penyakit mematikan ini dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang dibagi menjadi dua kelompok.
“Pertama, penanganan faktor risiko terjadinya penyakit jantung yaitu program penanggulangan merokok, penggalakan olahraga atau aktifitas fisik, penyediaan dan anjuran gizi sehat,” katanya kepada Republika online, Jumat (10/4).
Upaya kedua yaitu menyediakan fasilitas pelayanan. Mulai dari pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), rumah sakit (RS), sampai ke RS rujukan tertinggi yaitu RS Jantung Harapan Kita yang merupakan milik Kemenkes. Tak hanya tempat, pihaknya juga mengaku telah menyiapkan peralatan dan sumber daya manusia (SDM).
Terkait usulan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki) mengenai adanya kota ramah jantung, Tjandra mengatakan bahwa program itu adalah program pemerintah pusat dan daerah. Secara berkala, kata dia, ada penilaian dan penghargaan Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek untuk kabupaten / kota sehat. Namun yang tak kalah penting, Tjandra menyebutkan bahwa masyarakat juga harus melakukan usaha untuk terhindar dari penyakit ini.
“Pertama, tidak merokok. Kedua, melakukan olahraga atau aktifitas fisik teratur,” katanya.
Langkah ketiga yaitu makan gizi seimbang, tidak berlebihan mengkonsumsi karbohidrat dan lemak. Keempat, secara berkala mengecek kesehatan ke fasilitas kesehatan terdekat, atau bisa juga ke Pos Pembinaan Terpadu atau disingkat (posbindu). Terakhir, mengenal apa itu penyakit jantung, apa saja jenisnya, bagaimana terjadinya dan pencegahannya. Kemudian bagaimana gejala awalnya, dan apa yang harus dilakukan bila ada gejala timbul.