REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Ketua Ikatan Dokter Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (IDI DIY) Bambang Suryono Suwondo meminta kepada para dokter agar memberikan resep obat herbal tidak berdasarkan mitos.
Tetapi, obat herbal tersebut harus sudah dilengkapi dengan hasil penelitian sehingga khasiatnya bisa dipertanggungjawabkan.
“Masyarakat Indonesia mudah dipengaruhi promosi yang gencar tentang khasiat obat herbal. Akhirnya, masyarakat mengonsumsi obat herbal, meskipun obat herbal tersebut belum ada hasil penelitian ilmiah tentang khasiat obat tersebut,” ujar Bambang, akhir pekan lalu.
Bahkan promosi obat herbal yang belum ada kajian ilmiahnya juga pernah terpantau melalui iklan di televisi. Hal ini membuat IDI DIY geram dan melayangkan surat kepada Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) DIY agar menghentikan iklan tersebut.
Lebih lanjut, Bambang mengatakan, obat-obat herbal yang sudah melalui kajian penelitian ilmiah bisa masuk ke daftar layanan kesehatan masyarakat.
Kajian penelitian ilmiah ini penting karena selama ini masih banyak obat-obat herbal ternyata dicampur dengan obat kimia.
Karena itu, kata Bambang, pemberian resep obat herbal yang sudah memiliki hasil penelitian ini dimaksudkan untuk melindungi kesehatan masyarakat.
“Mengetahui khasiat obat herbal berdasarkan hasil penelitian ini merupakan upaya untuk memproteksi masyarakat, jangan sampai dirugikan,” kata Bambang.
Direktur Utama PT Sidomuncul Irwan Hidayat mengharapkan adanya sosialisasi mengenai obat herbal juga menambag wawasan dokter yang luas mengenai perkembangan industri jamu, penelitian yang telah dilakukan industri jamu, dan penggunaan jamu untuk pelayanan kesehatan.