REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Penelitian menunjukkan banyak perokok yang meremehkan risiko dari kebiasaannya merokok, meskipun kampanye kesehatan waspada rokok sudah dilakukan selama puluhan tahun. Penolakan untuk berhenti merokok di kalangan masyarakat saat ini masih lazim.
"Orang yang merokok cenderung meremehkan risiko kesehatan mereka. Bagi saya, sangat disayangkan bahwa mereka seperti kurang pengetahuan," kata Ahli Onkologi dari Nord Hospital di Marseille, Prancis, Dr Laurent Greillier, dilansir dari Science Daily, Senin (20/4).
Greillier menganalisis data survei 1.602 warga Prancis berusia 40-75 tahun. Sebanyak 1.463 orang di antaranya tidak memiliki riwayat kanker, di antaranya 481 mantan perokok dan 330 perokok yang masih aktif sampai saat ini. Mereka mengonsumsi rata-rata 14,2 batang rokok sehari.
Sebanyak 34 persen responden menganggap bahwa mengonsumsi hingga 10 batang rokok sehari tidak terkait dengan risiko kanker paru-paru.
"Hasil temuan ini sangat mengancam. Mereka menganggap konsumsi rokok yang relatif rendah masih aman bagi kebanyakan perokok," ujar Greillier.
Hanya setengah dari responden yang menganggap diri mereka berisiko tinggi terkena kanker paru-paru. Hanya 40 persen yang menyadari bahwa risiko kanker paru-paru ini akan tetap ada meskipun mereka berhenti merokok.
Anggota the International Association for the Study of Lung Cancer (IASLC), Carolyn Dresler menambahkan risiko kanker paru-paru tergantung pada durasi merokok, baru jumlah rokok yang mereka konsumsi setiap hari. Risiko penyakit serangan pernapasan atau kardiovaskular dimulai dengan kebiasaan satu batang rokok per hari.
"Survei ini menunjukkan bahwa faktor edukasi masih dibutuhkan (di kalangan perokok)," ujarnya. (Mutia Ramadhani)