REPUBLIKA.CO.ID, Penyakit lupus tidak kalah mematikannya dengan kanker atau AIDS. Jika tidak segera diobati, orang yang hidup dengan Lupus (Odapus) bisa meninggal dunia.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Zubairi Djoerban mengatakan, penyakit Lupus ini adalah penyakit 1.000 wajah. Gejalanya bisa mirip dengan penyakit lain, namun jenis lupus yang menyerang setiap penderita berbeda-beda. Ada yang menderita munculnya bisa di organ tubuh yang berbeda. Ada yang mengalami kebocoran ginjal, kaki bengkak, ada juga yang jantung terendam cairan, hingga leukositnya turun. Ada juga yang mengalami rambut rontok hingga wajahnya yang menjadi memerah.
“Jika tidak segera diobati, orang yang hidup dengan lupus (Odapus) bisa meninggal dunia kalau serangan penyakitnya berat, diantaranya karena ginjalnya bocor,” katanya saat konferensi pers memperingati Hari Lupus Sedunia, di Jakarta, Rabu (6/5).
Jika penyakit Lupus segera ketahuan dan gejala yang dialami pasien Odapus tidak parah dan dokter yang mengobatinya terampil mengetahui gejalanya, penyakit ini tidak sulit diatasi. Bahkan kini, kata dia, kemungkinan Odapus untuk bertahan sangat besar yaitu 97 persen.
Jumlah Odapus yang meninggal saat ini jauh lebih sedikit yaitu hanya tiga persen dibandingkan dua puluh tahun lalu yang kemungkinan kematiannya sampai 50 persen. Meski ia mengakui Lupus adalah penyakit menahun dan bisa kambuh. Ia menjelaskan, penyakit Lupus sekitar 93 persen menyerang perempuan dan sisanya laki-laki. Rentang usia penderitanya juga berusia antara 15 sampai 40 tahun. Meski ia mengakui pernah menemui pasien Odapus yang baru berusia tiga bulan dan yang tertua ada yang 70 tahun.
Faktor penyebabnya, kata dia, bisa hormonal, genetik meski persentasenya kecil. Terkena paparan sinar matahari hingga memakai obat-obatan juga bisa menjadi pemicu Lupus. “Untuk itu, wanita yang sakit hingga selama sebulan, atau sering sakit dan tidak lekas sembuh perlu dipikirkan apakah dia menderita Lupus. Gejala awal seperti rambut rontok, sariawan, pipi merah, terkena paparan sinar matahari hingga sendi yang merasa sakit hingga tidak bisa dibuat berjalan,” ujar pria yang juga penasehat Yayasan Lupus Indonesia (YLI) ini.
Yang juga semakin mengkhawatirkan adalah penduduk yang tinggal di kawasan Asia Tenggara lebih rentan mengidap penyakit ini. Zubairi menyebutkan, warga negara-negara seperti Malaysia, Singapura, hingga Indonesia lebih rentan terkena Lupus dibandingkan masyarakat kulit putih di Benua Eropa.
Meski ia mengakui kini sudah banyak dokter yang memiliki keahlian mendeteksi Lupus, namun ia mencemaskan masih ada masyarakat yang menderita penyakit mematikan ini. “Saat ini diperkirakan ada 15-16 ribu Odapus. Namun, kami perkirakan Odapus bisa diatas 500 ribu orang karena ini hanya permukaan gunung es saja,” ujarnya.
Untuk itu, ia meminta semua pihak harus berbicara ke keluarga atau teman bahwa Lupus merupakan masalah serius. Terlambat mengobati Lupus bisa menyebabkan kematian dan bisa menguras kantong untuk berobat. Semakin diketahui sejak dini maka semakin murah pengobatannya.