REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kualitas manusia bergantung pada fungsi kognitifnya. Namun demikian, penelitian mengenai penurunan fungsi kognitif (degenerasi kognitif) belum banyak disentuh.
Doktor ilmu biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Muhammad Irfannuddin memaparkan degenerasi kognitif bertahap dari gangguan kognitif ringan hingga berat.
Pada tahap awal, penderita mengalami gangguan ringan yang disebut mild cognitive impairment (MCI). Gangguan ringan ini umumnya sudah mulai tampak pada usia paruh baya (30-40 tahun) dengan gejala misalnya mudah lupa. Hal itu menurutnya, akan terus berjalan secara progresif yang bisa meningkat pada level parah hingga demensia dan alzheimer.
Sebelumnya, bidang kedokteran banyak mengandalkan obat-obatan yang didasarkan pada pemahaman penurunan fungsi kognitif disebabkan karena kadar neurotransmitter yang dipacu rendah. Akan tetapi, obat-obatan hanya memperbaiki gejala untuk jangka pendek dan terbukti tidak efektif.
Ia mengatakan pencegahan penyakit dengan perbaikan gaya hidup lebih efektif dibanding pengobatan. Kemampuan kognitif dapat diperbaiki melalui stimulasi lingkungan. Hal itu mencakup aktivitas fisik dan kegiatan yang memicu proses berpikir.
Hal itu bisa dijalankan melalui tiga mekanisme. Pertama, sel neuron harus bertahan bagus. Kedua, ada suplai yang bagus bagi neuron, misalnya oksigen dan nutrisi. Ketiga, stimulasi, yaitu adanya faktor yang menumbuhkan syaraf.
Berdasarkan riset, olahraga mencakup ketiga hal tersebut.
Dalam disertasinya yang berjudul “Pengaruh Olahraga Aerobik Halang Rintang terhadap Fungsi Kognitif, Ditinjau dari Homeostasis Oksidatif, Angiogenesis, dan Neuroplastisitas Otak Mencit Dewasa,” Irfanuddin memperlihatkan olah raga aerobik dengan intensitas yang tidak terlalu berat akan memacu transkipsi berbagai faktor gen yang akan mempertahankan fungsi neuron.
“Aerobik dapat memacu perbaikan sistem sirkulasi dan daya tahan sel, dan sesekali dikombinasikan dengan gerakan yang rumit,” katanya.
Ia menjelaskan, olah raga yang paling bagus adalah aerobik dengan intensitas ringan dan sedang. Misalnya, dengan jalan sedikit cepat atau lari maraton yang santai.
Kemudian, senam low impact sembari diperkaya dengan gerakan-gerakan yang rumit. Misalnya, dengan brain game atau senam yang dilakukan sembari membangun imaginasi.
Olah raga seperti ini dapat meningkatkan kadar protein yang memacu neuron. Di samping itu, dapat pula melakukan olahraga yang lebih kompleks seperti basket, bersepeda. Ia menganjurkan berolah raga tiga-lima kali dalam sepekan dengan intensitas waktu sekitar 30-45 menit.