REPUBLIKA.CO.ID, Supermarket adalah tempat favorit anak-anak untuk memilih makanan. Makanan manis tentu saja menjadi pilihan pertama anak-anak, seperti kue.
Terletak di sisi kanan perut Anda, terselip di balik tulang rusuk, ada hati yang memiliki tugas penting. Yaitu menawar racun yang berasal dari makanan yang Anda masukkan ke dalam tubuh, seperti makanan manis, obat, hingga alkohol. Hati menggunakan sekitar 20 persen dari kalori yang Anda konsumsi sebagai bahan bakar, termasuk mengubah protein dari gula makanan menjadi energi.
Jika Anda terlalu banyak mengonsumsi gula dalam bentuk fruktosa, maka akan terbentuk gumpalan lemak di hati Anda. Ini kemudian dikenal dengan penyakit nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD). Penyakit ini menyerang 30 persen orang dewasa di Amerika Serikat.
Kejadian NAFLD akan meningkatkan obesitas dan diabetes yang memengaruhi 70-90 persen dari mereka yang mengalami obesitas atau yang menderita diabetes tipe-2. Para ahli bahkan menganggap NAFLD sebagai sindrom metabolik, sebuah kondisi yang ditandai dengan obesitas.
Dilansir dari Rodale News, Selasa (26/5), sebuah studi 2012 yang dimuat di American Journal of Clinical Nutrition menemukan bahwa orang yang makan 1.000 kalori ekstra dari makanan manis selama tiga pekan akan mengalami peningkatan berat badan dua persen dan penumpukan lemak hati hingga 27 persen. Ketika Anda menurunkan berat badan Anda, maka lemak di hati akan kembali ke level normal. Jika tidak, maka lemak itu akan terus meradang dan akhirnya menyebabkan kondisi hati semakin parah yang dikenal dengan sebutan nonalcoholic steatohepatitis.
Saat peradangan semakin parah, maka kemampuan hati untuk melakukan fungsinya akan terganggu. Ketika kondisi yang disebut sirosis ini terjadi, maka lemak di hati semakin menumpuk dan hati resisten terhadap insulin yang berujung pada penumpukan lemak di tubuh.