REPUBLIKA.CO.ID, Penduduk lanjut usia (lansia) di seluruh dunia diproyeksikan akan tumbuh dengan sangat cepat bahkan tercepat dibanding kelompok usia lainnya. Pada tahun 2012, Indonesia memiliki 25 juta lansia dan merupakan negara Asia ketiga yang memiliki populasi lansia terbanyak setelah Cina 200 juta dan India 100 juta.
Tahun 2014, usia harapan hidup Indonesia 72 tahun. Sedangkan Jepang 84 tahun, Korea Selatan 82 tahun dan Amerika 79 tahun.
Menurut Ketua Satgas Imunisasi Dewasa dan Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PERGEMI), Prof Dr dr Siti Setiati, SpPD-KGer, M.Epid, FINASIM, kesehatan usia lanjut membutuhkan perhatian khusus, karena rata-rata lansia itu multipatologi, yaitu memiliki lebih dari satu penyakit dan umumnya penyakit kronis degeneratif.
Selain itu, lansia juga umumnya polifarmasi atau mengonsumsi lebih dari empat jenis obat. Mereka juga memiliki daya cadangan faali menurun. Dimana faal organ atau sistem organ menurun. Sehingga mereka mudah gagal pulih (failure to thrive). Lansia juga kerap mengalami gangguan status fungsional. Selain itu, tanda penyakit akut pada lansia sulit dideteksi, fase penyembuhan lambat dan gangguan nutrisi.
Siti menambahkan usia lanjut ini juga lebih rentan mengalami infeksi. Hal ini disebabkan oleh cadangan fungsional tubuh menurun, penurunan daya tahan tubuh, berulang kali masuk rumah sakit, diagnosis dan terapi yang sering terlambat, penurunan respon terhadap terapi antibiotik, meningkatnya potensi efek samping serta interaksi antar-obat.
Lansia akan mengalami kondisi immunosenescence yakni menurunnya kekebalan tubuh pada seseorang terhadap paparan antigen dari luar karena usia. Sehingga respon imun tubuh terhadap pertahanan infeksi kuman dan virus menurun.
Akibatnya, lansia lebih sensitif terhadap patogen, lebih mudah terkena infeksi dan bahkan sering disertai dengan komplikasi yang berat. Bila sudah terinfeksi maka pengendalian penyakitnya akan lebih sulit, sehingga pada akhirnya meningkatkan angka kesakitan serta kematian kelompok ini.
Selain itu, lansia juga kerap alami inflamasi kronis yang menyebabkan aterosklerosis, osteoporosis, diabetes melitus dan nyeri sendi. Lansia lebih rentan mengalami kanker dan penyakit autoimun.
Pada lansia terdapat beberapa faktor risiko terjadinya infeksi misalnya penurunan fungsi tubuh, adanya penyakit penyerta, efek pengobatan infeksi, hingga perubahan imunitas.