REPUBLIKA.CO.ID, Ahli kesehatan mengatakan, penderita stroke perlu segera melakukan rehabilitasi medik pascastroke agar kecacatan tetap akibat penyakit ini dapat terhindari.
"Stroke itu seperti tsunami, meninggalkan bekas-bekas (kecacatan)," kata Spesialis Saraf RSPI-Pondok Indah, dr. Rubiana Nurhayati,Sp.S, di Jakarta, Rabu (24/6).
Dia mengungkapkan, rehabilitasi medik pascastroke disesuaikan dengan cacat yang diderita pasien. Jika stroke meninggalkan cacat pada area bicara, maka pasien dilatih bicara. Jika yang terkena anggota gerak, maka dilakukan okupasi terapi.
Menurut Rubiana, pulihnya penderita stroke bergantung pada luasnya kerusakan atau kecacatan yang diderita. "Kalau angkanya nol (semakin tinggi yakni angka lima maka penderita semakin mudah pulih), kemungkinan sembuh lebih sulit, karena terjadi penyumbatan yang lebih besar," tutur Rubiana.
"Yang penting semangat," tambah dia. Dia menambahkan, seiring melakukan rehabilitasi medik, penderita juga perlu menangani faktor risiko yang memunculkan stroke seperti hipertensi dan diabetes melitus.
"Jika faktor risiko tidak ditangani, stroke bisa kembali lagi," tambah dia.