Kamis 25 Jun 2015 16:00 WIB

Berpuasa Ramadhan, karena Allah atau Anoreksia?

Rep: MGROL38/ Red: Winda Destiana Putri
Sabelle Caro, menderita anoreksia sejak usia 13 tahun
Foto: cbsnews
Sabelle Caro, menderita anoreksia sejak usia 13 tahun

REPUBLIKA.CO.ID, AMERIKA -- Puasa Ramadhan dimaknai sebagai saat yang tepat untuk memperbaiki iman atau membersihkan jiwa. Lewat puasa juga, kita dilatih untuk berempati dengan penderitaan orang miskin yang terbiasa hidup dengan kelaparan.

Namun makna puasa tidak hanya sebatas menahan makan serta minum saja, sebab puasa juga merupakan momen yang tepat  untuk membersihkan tubuh dari racun-racun atau proses detoksifikasi tubuh. Puasa juga menjadi saat yang tepat bagi setiap orang yang ingin menurunkan berat badannya.

Hanya saja, terkadang niat seseorang melakukan puasa lantaran hanya karena anoreksia semata dan bukan berniat semata-mata karena Allah SWT. Anoreksia ialah gangguan makan yang ditandai dengan penolakan untuk mempertahankan berat badan yang sehat atau memiliki rasa takut yang berlebihan terhadap peningkatan berat badan.

Seperti dikutip laman Independent, Kamis (25/6), dari data yang dikutip oleh National Health Service (NHS) pada 2010-2011 lalu, sebanyak 959 remaja berusia 13-19 tahun terjangkit penyakit anoreksia. Jumlah tersebut meningkat menjadi 1.815 pada tahun 2013-2014.

Seorang Muslim Amerika, Safy-Hallan Farah pun menulis tentang anoreksia di salah satu website Internasional mengenai makanan. "Selama musim panas dan selama bulan Ramadhan, banyak gadis-gadis muda yang mengaku memiliki gangguan makan. Tidak begitu jelas, apakah mereka sedang berpuasa untuk Allah atau tengah mengidap anoreksia," katanya.

Dirinya juga menjelaskan, penderita anoreksia biasanya merasa 'dihargai' ketika mereka tengah merasa kelaparan dan mereka pun menganggap bahwa Ramadhan yang berlangsung selama satu bulan itu membuat mereka bisa lolos dari perasaan lapar.

Meski begitu, wartawan, blogger, serta aktivis kesehatan mental, Habiba Khanom mengatakan betapa ironinya pengidap anoreksia yang amat menghindari makanan saat bulan Ramadhan.

"Makanan tampaknya ada dimana-mana, seperti saat persiapan berbuka puasa. Bahkan pembahasan mengenai makanan bisa berlangsung sepanjang hari dan semua orang berbicara tentang apa yang akan mereka makan saat berbuka serta bagaimana rasa lapar mereka," jelasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement