REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gejala autisme biasanya sulit dikenali pada anak berusia dini. Penelitian terbaru menemukan cara sederhana mendeteksi autisme dengan tes mengendus.
Orang-orang pada umumnya akan menikmati harum dari mawar atau wewangian lainnya, tapi akan membatasi bau yang dikeluarkan dari kamar mandi atau selokan. Penelitian ini menemukan bahwa orang dengan gangguan spektrum autisme (ASD) tidak melakukan penyesuaian seperti orang pada umumnya. Anak-anak autis akan mengendus dengan cara sama untuk semua bau yang mereka temui, baik itu wangi harum atau pun sebaliknya.
Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Current Biology ini, menunjukkan bahwa tes non-verbal yang berhubungan dengan bau bisa berfungsi sebagai indikator autisme ketika anak-anak.
"Perbedaan pola mengendus antara anak-anak biasa dengan anak-anak dengan autisme adalah luar biasa," ujar Profesor Noam Sobel dari Weizmann Institute of Science, Israel, dilansir dari Mirror, Sabtu (18/7).
Sebagai pembuktian temuan tersebut, Prof Sobel melakukan penelitian terhadap 32 anak berusia tujuh tahun yang terdiri dari 18 anak autis dan 18 anak biasa. Mereka diminta untuk mengendus bebauan dari sesuatu yang menyenangkan hingga bau tidak menyenangkan.
Dari penelitian ini ditemukan bahwa anak biasa akan mengeluarkan respon dalam 305 mili detik saat mencium bau tidak enak, sedangkan anak autis tidak menunjukan respon tersebut. Perbedaan respon mengendus antara kedua kelompok itu cukup untuk mengklasifikasikan mereka sebagai anak-anak dengan diagnosis ASD 81 persen.
"Hal ini menimbulkan harapan bahwa temuan ini bisa membentuk dasar untuk pengembangan alat diagnostik yang dapat diterapkan sangat awal, seperti pada balita berumur beberapa bulan. Diagnosis dini tersebut akan memungkinkan untuk intervensi yang lebih efektif," kata Prof Sobel.
Sekarang ini para peneliti berencana melakukan uji coba pola mengendus pada autisme dengan kondisi perkembangan anak-anak lainnya.