REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Organisasi Praktisi Kedokteran Umum terbesar di Australia, Royal Australian College of General Practitioners (RANCGP) menerbitkan Buku Pedoman Operasi Plastik Kelamin Perempuan.
Ini merupakan yang pertama di dunia dan dilakukan sebagai respon atas maraknya perempuan yang mendatangi dokter dan bertanya mengenai prosedur operasi kelamin ini.
Buku pedoman ini dirancang untuk membantu para dokter mengarahkan perempuan yang mengeluhkan penampilan alat kelamin mereka dan memahami kondisi sebenarnya dibalik alasan mereka mengapa mereka meyakini alat kelaminnya tidak normal.
Pengarang buku pedoman ini, Dr Magdalena Simonis anggota RANCGP mengatakan sering kali dokter menjadi orang pertama yang didatangi oleh pasien perempuan yang bertanya mengenai penampilan alat kelamin mereka.
"Banyak wanita yang tidak tahu banyak mengenai anatomi kelamin mereka sendiri untuk mendefinisikan apa yang ingin mereka ubah dan mereka juga tidak paham kalau prosedur operasi plastik alat kelamin bisa memiliki dampak negatif jangka panjang."
Banyak diantara pasien perempuan itu mengungkapkan hal-hal seperti 'Saya merasa alat kelamin saya jelek sekali dan mengerikan’, atau alat kelaminnya 'menjijikan' atau 'kendur'.
Dan sering kali komentar itu mereka kaitkan dengan keindahan penampilan alat kelamin mereka ketimbang masalah fungsional.
Dr Simonis mengatakan meningkatnya jumlah wanita yang berkonsultasi pada dokter mengenai operasi plastik alat kelamin memicu keprihatinan dikalangan dokter yang merasa mereka memerlukan pengetahuan lebih mengenai masalah ini.
"Saya menerima email dari teman yang melaporkan salah seorang pasiennya melakukan operasi plastik di Thailand dan mengaku ketika terbangun dia mendapati kalau dirinya tidak Cuma menjalani operasi plastik labiaplasty (memperindah bibir vagina), tapi seluruh kliotrisnya ternyata juga dihilangkan. Jadi pasien itu sangat stress," katanya.
Presiden Masyarakat Ahli Bedah Plastik Australia, Professor Hugh Bartholomeusz mengakui ada peningkatan signifikan jumlah perempuan yang mengakses layanan prosedur operasi plastik alat kelamin.
Namun menurutnya prosedur sejenis yang menggunakan pembiayaan dari pemerintah kini telah diperketat, yakni hanya berlaku bagi kasus alat kelamin yang tidak normal dan mengalami gangguan fungsi.
Meski demikian menurut Dr Bartholomeusz jumlah operasi plastik alat kelamin yang dilakukan oleh klinik kecantikan swasta sangat marak dan terkadang dilakukan bukan oleh dokter yang memiliki keahlian.
"Ada peningkatan jumlah operasi plastik alat kelamin perempuan yang dilakukan di Australia. Dan sepertinya hal ini didorong oleh media dan persepsi kalau perempuan memiliki alat kelamin yang tidak normal. Prosedur operasi semacam ini bisa dilakukan oleh ahli bedah plastik atau genekolog. Karena sistem jaminan kesehatan tidak terlibat maka tidak jelas siapa yang melakukan prosedur ini dimana dan bagaimana," kata dia menambahkan.
Dr Simonis mengatakan pedoman prosedur operasi plastik untuk praktisi kedokteran ini menekankan pentingnya menganalisa alasan mengapa perempuan menginginkan operasi ini dan resiko yang bisa mereka alami. Lantaran ini menyangkut jaringan kulit di alat kelamin mereka yang sensitive bukan hanya kulit biasa.
"Pedoman ini juga merekomendasikan dokter untuk mendengarkan dan mendalami alasan dan keprihatinan pasien dan mencari tahu apa yang mempengaruhi keinginan mereka untuk menjalani operasi alat kelamin perempuan.
Psikolog Kesehatan Wanita, Professor Jane Ussher dari Universitas Western Sydney mengatakan perlu upaya lebih untuk mendidik laki-laki maupun wanita mengenai alat kelamin perempuan.
"Kecenderungannya dalam hubungan heteroseksual pria banyak berkomentar mengenai vagina perempuan karena mereka membandingkan pasangannya dengan materi pornografi. Jadi ada lingkaran yang jelas dimana perempuan melihat gambar-gambar dalam materi pornografi ditambah lagi komentar dari pasangannya yang kemudian membuat mereka berpikir ada yang salah pada diri mereka dan karenanya mereka merasa perlu melakukan operasi plastik pada alat kelaminnya."
Dr Bartholomeusz menegaskan perempuan perlu berkonsultasi dengan ginekolog sebelum memutuskan untuk melakukan operasi plastik dan perlu dilakukan lebih banyak riset medis mengenai prosedur operasi ini.
"Operasi plastik pada alat kelamin telah dilakukan selama bertahun-tahun tapi jumlah tindakan praktek operasi kelamin saat ini jauh lebih banyak dilakukan. Jadi sudah jelas riset jangka panjang dan kajian yang menyeluruh perlu dilakukan mengenai efek dari prosedur ini," tegasnya.
sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/2015-08-03/dokter-australia-terbitkan-pedoman-operasi-plastik-vagina-pertama-di-dunia/1477206
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement