Ahad 09 Aug 2015 07:57 WIB

Permusuhan Picu Penyakit Kardiovaskular

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Winda Destiana Putri
Suami istri bertengkar/ilustrasi
Foto: moneycrasher.com
Suami istri bertengkar/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Hidup yang penuh permusuhan memiliki konsekuensi negatif terhadap kesehatan. 

Dalam bukunya Anger Kills, Dr. Redford Williams menjelaskan beberapa komponen pola perilaku seperti permusuhan dan persaingan negatif yang menimbulkan ketegangan  sangat berkorelasi dengan penyakit kardiovaskular.

Yang penting, perlu dibedakan antara marah karena emosi normal dengan amarah yang timbul dari permusuhan. "Kombinasi dari sinisme, rasa marah, takut, defensif, dan agresi melibatkan penyembunyian racun dalam tubuh," kata Williams seperti dikutip dari The Huffington Post belum lama ini.

Permusuhan tidak hanya berkontribusi untuk penyakit fisik, tetapi juga kerusakan dan kehancuran hubungan. Untuk mencegah perasaan marah yang menjurus ke permusuhan, Anda harus memahami proses terjadinya amarah dalam tubuh. Kemarahan menjadi sinyal dari sakitnya perasaan terancam atau sakit hati ketika batas pribadi telah dilanggar. Lalu bagaimana caranya menahan amarah? Ambil waktu untuk mengalihkan perhatian dan energi Anda.

Fokuslah pada penyebab rasa marah itu muncul kemudian selesaikanlah. Kalau Anda terlarut dalam amarah tersebut, maka tubuh akan mempersiapkan kemampuan untuk melawan atau melarikan diri melalui aktivasi sistem saraf simpatik. Hal ini menyebabkan denyut jantung dan tekanan darah meningkat.

Tingkat adrenalin akan melonjak dan otot pun akan meningkat. Sebagai penangkal, Anda harus beristirahat dan memulihkan parasimpatis, yakni bagian sistem saraf yang bisa memperlambat dan memperdalam napas.

Berjalan-jalan, menelepon sahabat , mengonsumsi minuman dingin, mendengarkan lagu favorit, atau membaca kalimat inspiratif mungkin dapat membantu melonggarkan cengkeraman kemarahan Anda.

Terperangkap dalam amarah tidak akan memperbaiki apa-apa. Kemarahan tidak perlu diperbaiki, namun perlu diakui dan dipahami. Ketika merasa lebih baik, Anda dapat berpikir lebih jernih, baik dan tegas tentang apa saja penyebab kemarahan Anda.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement