REPUBLIKA.CO.ID, Perusahaan minuman bersoda, Coca Cola mendanai sebuah organisasi baru yang berkecimpung dalam upaya diet sehat. Tapi, ahli kesehatan malah mengkritisi program tersebut dan menilainya sebagai upaya menangkis kritik dari efek kesehatan produk Coca Cola.
Ahli kesehatan menilai produk minuman Coca Cola tidak memberikan efek sehat pada konsumen. Produk itu malah menyebabkan obesitas dan diabetes epidemi global. Juli 2015, British Medical Association (BMA) mengatakan minuman ringan bergula harus diatas dengan menaikan pajak.
Hal itu dilakukan agar produk minuman yang menyebabkan obesitas berkurang secara signifikan, khususnya di Inggris. BMA juga menambahkan hasil dari biaya pajak yang tinggi terhadap perusahaan minuman itu bisa digunakan untuk mensubsidi biaya buah-buahan dan sayuran sehat.
Di Berkeley, California, Amerika Serikat, peningkatan pajak untuk perusahaan minuman penyebab obesitas sudah diberlakukan. Kini, di Berkeley, perusahaan minuman ringan membayar pajak ekstra untuk setiap ons (28 ml) soda yang dibeli. Hal serupa juga berlaku di New York. Walikota New York, Michael Bloomberg sudah melarang produksi besar minuman manis. Larangan itu pun sudah disahkan, tapi terhalang oleh Mahkamah Agung New York tahun 2013.
Dilansir Independent, Selasa (11/8), dokter Aseem Malhotra dalam sebuah studinya di British Journal of Sports Medicine menegaskan pola makan yang buruk menjadi penyebab obesitas daripada kurangnya olahraga. Bahkan penelitian itu menunjukkan, meskipun ada peningkatan aktivitas masyarakat, obesitas tetap meroket di 30 tahun terakhir karena pola makan dan minum yang tidak sehat.
Dilansir New York Times, perusahaan Coca Cola memberikan dukungan finansial dan logistik untuk organisasi Global Energy Balance Network (GEBN). Organisasi tersebut membuat gagasan baru bahwa latihan adalah kunci dari diet sehat.