Kamis 20 Aug 2015 05:05 WIB

Peneliti Dunia Kembangkan Otak Buatan dari Sel Kulit Manusia

Rep: http://www.australiaplus.com/indonesian/2015-08-19/peneliti-dunia-kembangkan-otak-buatan-dari-sel-kulit-manusia/1483414/ Red: Winda Destiana Putri
Otak (Ilustrasi)
Foto: Google
Otak (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Para ilmuwan dari Ohio State University mengatakan, sebuah otak yang hampir sepenuhnya buatan tengah dikembangkan di laboratorium untuk pertama kalinya.

Otak yang tak memiliki kesadaran itu, yang seukuran kacang dan sebanding dengan janin berusia lima minggu, bisa mempercepat penelitian ilmu syaraf dalam kondisi seperti Alzheimer’s dan Parkinson’s.

Otak buatan ini dibuat dari sel kulit manusia dewasa tetapi metodenya sebagian besar masih dirahasiakan karena proses paten atau hak cipta yang tertunda.

Peneliti utama, Profesor Rene Anand yang mempresentasikan data ini di sebuah simposium kesehatan militer di Fort Lauderdale, Florida mengatakan, pihak mereka telah mereproduksi setiap bagian dari otak.

"Tak hanya terlihat seperti otak, ini mencerminkan semua gen yang membantu pembuatan otak, dan itu berarti semua hal mulai dari korteks hingga sumsum tulang belakang, semuanya ada," jelasnya.

Meski demikian, otak buatan ini tak memiliki kemampuan untuk menjadi sadar dan Profesor Rene mengatakan, karena itulah, masalah etika tak akan muncul.

"Ia tak memiliki masukan sensorik apapun, sehingga sebagian besar merupakan jaringan hidup yang mereplikasi otak. Dan ketika ada penyebab genetik atau lingkungan, kami bisa menilai bagaimana mereka mengubah migrasi sel, misalnya, atau pembentukan sinapsis atau pembentukan sirkuit," terangnya.

Ia menambahkan, "Jadi itu memberi kami akses yang luar biasa untuk mengetahui ketika sesuatu berjalan salah, seberapa besar salahnya, dan mungkin suatu hari kami akan mencari cara untuk memperbaikinya."

Media The Guardian melaporkan, beberapa peneliti yang mereka hubungi khawatir bahwa data ini masih dirahasiakan dan belum melalui kajian sejawat.

Mereka mengatakan, hal ini membuat kondisi menjadi tak memungkinkan untuk menilai kualitas dan dampak dari otak buatan tersebut.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement