REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- George Institute for Global Health menyatakan negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN) perlu mengimplementasikan program kontrol kanker nasional menggunakan sistem kesehatan yang ada di masing-masing negara. Ini berdasarkan penelitian yang terangkum dalam ASEAN Cost in Oncology (Action).
Penelitian ini menguji biaya yang dikeluarkan oleh 9.513 orang penderita kanker yang menjadi obyek penelitian di delapan negara. Peneliti George Institute for Global Health, Profesor Mark Woodward mengatakan dengan peningkatan beban dari semua jenis kanker yang tumbuh di kawasan Asia Tenggara, maka tindakan konkret untuk melindungi populasi dari penyakit tersebut sangat diperlukan.
"Dengan menggagas dan memanfaatkan program-program sosial, pemerintah dapat mencegah masyarakatnya dari kemiskinan dan kesulitan ekonomi setelah didiagnosa kanker," kata Woodward dalam paparannya di Nusa Dua, Bali, Kamis (20/8).
Pemerintah negara-negara di Asia Tenggara, kata Woodward, perlu menentukan langkah dan kebijakan tepat untuk memerangi kanker dalam jangka panjang. Jumlah populasi berusia tua dan beban kanker menjadi epidemi yang melanda Asia Tenggara.
Ia memproyeksikan ada lebih dari 770 ribu kasus kanker baru dan 527 ribu kasus kematian karena kanker di Asia Tenggara pada 2012. Jumlah kasus baru diperkirakan akan meningkat hingga 70 persen atau 1,3 juta pada 2030 mendatang.
Peningkatan masalah kanker dapat menyebabkan krisis ekonomi di kawasan Asia Tenggara jika tindakan tepat tak diambil segera. Kanker akan menyebabkan kebangkrutan pada keluarga di kawasan ini.