Kamis 20 Aug 2015 14:00 WIB

50 Persen Penderita Kanker Alami Kebangkrutan

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Indira Rezkisari
Kanker merupakan isu serius yang harus ditanggapi negara Asean, fakta menunjukkan keluarga penderita menderita kebangkrutan akibat penyakit ini.
Foto: EPA
Kanker merupakan isu serius yang harus ditanggapi negara Asean, fakta menunjukkan keluarga penderita menderita kebangkrutan akibat penyakit ini.

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Penelitian ASEAN Cost in Oncology (ACTION) oleh George Institute for Global Health menunjukkan 75 persen penderita kanker mengalami kematian atau kebangkrutan dalam jangka setahun setelah diagnosa. Salah seorang peneliti, Profesor Mark Woodward mengatakan kanker menyebabkan kebangkrutan pada keluarga.

"Kami melihat bahwa biaya yang berkaitan dengan penyakit tidak menular, seperti kanker ini menjadi faktor signifikan yang menyebabkan kemiskinan di Asia Tenggara," kata Woodward dijumpai Republika dalam paparan 'The Result of a Study on the Socioeconomic Burden of Cancer in South East Asian Countries' di Nusa Dua, Kamis (20/8).

Peneliti melibatkan 9.513 pasien kanker dari delapan negara di dunia, yaitu Indonesia, Vietnam, Malaysia, Thailand, Myanmar, Filipina, Kamboja, dan Laos. Pada bulan ke-12 penelitian, Woodward menemukan fakta bahwa hampir 50 persen penderita kanker yang menjadi obyek penelitian mengalami kebangkrutan, sementara 29 persennya meninggal dunia.

Sebanyak 44 persen pasien kanker yang selamat mengalami kesulitan ekonomi disebabkan penyakit mematikan ini. Pada akhirnya mereka akan menggunakan tabungan masa depan untuk pengobatan demi memperpanjang masa hidupnya.

Cancer Epidemiologist dari University of Malaya, Profesor Nirmala Bhoo-Pathy mencontohkan rata-rata biaya untuk pengobatan kanker payudara mencapai 15 ribu dolar AS per tahun. Penderita dengan penghasilan rata-rata 1.100 dolar AS atau di bawahnya per bulan dipastikan mengalami kesulitan membiayai pengobatannya.

Kebangkrutan didefinisikan seseorang yang menghabiskan 30 persen atau lebih penghasilan utama mereka untuk pengobatan kanker. Bhoo-Pathy mengansumsikan dengan rata-rata pendapatan per kapita kedelapan negara adalah 3.553,75 dolar AS per tahun (data 2014), hampir seluruh penderita kanker harus menggunakan tabungan masa depannya untuk menjaga kualitas hidup mereka.

"Untuk memerangi kanker, negara-negara Asia Tenggara harus mengimplementasikan kontrol atas kanker melalui sistem kesehatan yang berlaku," ujarnya.

Negara-negara yang masyarakatnya rata-rata berpenghasilan menengah ke bawah memerlukan program sosial kesehatan, khususnya mengobati kanker stadium awal. Jika kanker tidak menjadi prioritas oleh pemerintah pusat dan daerah, maka penyakit ini akan memengaruhi rumah tangga penderita, khususnya terkait ekonomi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement