Jumat 21 Aug 2015 06:20 WIB

Terlalu Sering Terbang Ternyata Tingkatkan Risiko Penyakit

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Anak muda menyukai tipe liburan yang penuh petualangan.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Anak muda menyukai tipe liburan yang penuh petualangan.

REPUBLIKA.CO.ID, Anda tidak memerlukan seorang ahli untuk mengatakan bahwa liburan itu bagus untuk menyegarkan diri. Berlibur memang bisa menghilangkan stress. Anda bisa mencurahkan pikiran, tubuh dan jiwa Anda saat liburan.

Studi Landmark Dutch menemukan bahwa liburan dapat mendorong kebahagian lebih dari perjalanan itu sendiri. Tapi terlalu sering melakukan perjalanan dengan pesawat terbang akan meningkatkan risiko berbagai penyakit.

Di Environment and Planning A, para peneliti dari Inggris dan Swedia menguji tidak hanya sisi buruk perjalanan berkali-kali pada fisik dan mental, tapi juga termasuk gambaran perjalanan berkali-kali. Mereka mengeluh bahwa media sosial dan media massa membuat artikel mengenai naik pesawat yang terus menerus selalu penuh senyum, tidak pernah mendiskusikan tentang konsekuensi kesehatan yang serius seperti stress, mabuk pascaterbang atau jet lag, pengasingan sosial dan masih banyak lagi.

Ada banyak bahaya kesehatan tertentu yang datang karena terbang terlalu sering, salah satunya pilek. Perjalanan terus menerus, dalam waktu lama, jarak jauh dapat merugikan kesehatan Anda. Ini pengalaman dari beberapa orang seperti karakter George Clooney di Up in the Air, seorang pebisnis yang sering melakukan perjalanan. Ia sendirian dan sakit di hotel bandara. Jadi, risiko kesehatan apa yang terlihat dan mungkin didapat setiap orang yang menghabiskan liburannya dengan harus terbang?