Kamis 27 Aug 2015 11:11 WIB

Endoskopi Ultrasound Deteksi Lebih Akurat Kanker dan Kelainan Organ Lain

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Endoskopi
Foto: demcon.nl
Endoskopi

REPUBLIKA.CO.ID, Ada sejumlah penyakit yang sulit dideteksi baik oleh para dokter spesialis penyakit dalam ataupun seorang dokter Konsultan Gastroenterohepatologi (KGEH). Penyakit tersebut diantaranya batu kantong empedu, batu saluran empedu, keganasan pada kantong empedu atau saluran empedu dan penyakit keganasan pankreas.

Para dokter tersebut harus memiliki kemampuan klinis untuk menentukan pemeriksaan lanjutan yang akurat untuk memperkuat dugaan penyebab penyakit serta menentukan tata laksana selanjutnya. Ini karena pasien bisa memiliki gejala yang sama untuk penyakit saluran empedu dan pankreas. 

Namun, dengan tindakan endoskopik ultrasonografi (Endoscopic Ultrasound atau EUS), bagian kelainan organ yang sulit terdeteksi bisa diketahui. Tindakan EUS merupakan teknologi tua yang mulai bersemi kembali.

“EUS adalah gabungan endoskopi dan ultrasound mirip USG. Ini bukan teknologi baru. Sudah ada pertama kali di Jepang tahun 1970. Namun saat itu belum banyak digunakan karena hanya untuk melihat saja. Tapi saat ini sudah banyak digunakan di hampir seluruh negara di dunia, termasuk Amerika, Singapura bahkan Indonesia,” jelas Dr Chua Tju Siang dari Mount Elizabeth Medical Centre, kepada wartawan di Jakarta, Rabu (26/8). 

Pada kasus batu saluran empedu ataupun kecurigaan adanya tumor ganas di pankreas terkadang sulit untuk dideteksi dengan pemeriksaan USG saja. Bahkan dengan pemeriksaan yang lebih canggih seperti CT-scan abdomen. 

Teknologi pencitraan seperti MRI-MRCP sebetulnya memiliki sensitivitas yang tinggi dalam mendeteksi kelainan pada saluran empedu ataupun pankreas. Tapi pada penderita usia lanjut sulit untuk dilakukan oleh karena sulitnya untuk menahan nafas selama pemeriksaan, dan juga adanya ketakutan pasien dalam ruang tertutup yang memakan waktu cukup lama terkadang bisa menjadi kendala. 

Selain itu, pada sebagian kasus juga bisa saja sulit untuk mendeteksi adanya tumor. "EUS mampu menemukan masalah lebih awal misalnya kanker, jika ditemukan lebih dini maka pengobatannya lebih mudah. EUS ini keakuratan mencapai 100 persen, USG 50 persen, CT abdomen 80 persen dan MRI 90 persen," ungkapnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement