REPUBLIKA.CO.ID, Penyakit gagal ginjal di dunia tak terlepas dari tingginya jumlah penderita diabetes, karena kebanyakan pasien penderita gagal ginjal lebih sering ditemukan juga memiliki riwayat diabetes.
Indonesia sendiri termasuk ke dalam 10 besar, negara di Asia dengan kasus penyakit gagal ginjal dan diabetes tertinggi.
Bahkan menurut dr Sunny, data dari Kementerian Kesehatan menemukan bahwa penderita gagal ginjal kronis di Indonesia mencapai 25 sampai 30 juta orang lebih setiap tahunnya. Walaupun siapa saja dapat menderita penyakit gagal ginjal termasuk anak-anak, namun penyakit ini lebih sering dikaitkan dengan penyakit penuaan, dimana ginjalnya sudah tidak dapat berfungsi dengan baik.
"Orang lanjut usia, dimulai dari 60 tahun, paling berisiko mengidap penyakit ginjal kronis. Diperkirakan satu dari lima pria dan satu dari empat wanita berusia 65-74 mengidap gagal ginjal dalam stadium tertentu," ungkap dia.
Ini dikarenakan memang tidak ada obat yang dapat menyembuhkan gagal ginjal kronis. Perawatan terapi hemodialisis terhadap penyakit ini hanya akan membantu memperlambat atau menghentikan perkembangan penyakit dan mencegah munculnya kondisi serius lain. Perubahan yang terjadi dalam sirkulasi tubuh membuat pengidap penyakit ginjal kronis menjadi lebih berisiko menderita stroke atau serangan jantung.
Pada sebagian orang, penyakit ginjal kronis dapat menyebabkan ginjal berhenti berfungsi sepenuhnya. Kondisi ini disebut gagal ginjal stadium akhir (established renal failure/ERF). Selain pencakokkan ginjal, terapi perawatan cuci darah atau hemodialisis yang dapat membantu pengidap ERF agar tetap bertahan hidup.
"Pengidap kondisi-kondisi tertentu yang berisiko mengarah ke penyakit ginjal kronis seperti diabetes dan tekanan darah tinggi disarankan untuk mewaspadai perkembangan penyakit mereka. Perubahan gaya hidup seperti pola makan sehat, berolahraga teratur, dan menghindari kelebihan konsumsi minuman keras akan membantu mencegah terjadinya gagal ginjal," lanjut sang dokter.
Dr Sunny juga mengungkapkan beberapa rekomendasi terkait asupan energi, protein dan lemak yang dianjurkan pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis yakni:
1. Asupan energi: 30-35 kkal/kgbb ideal/hari.
2. Asupan protein: 1,2 gr/kgbb ideal/hari. Protein yang diberikan minimal 50 persen dengan kandungan biologis tinggi (protein hewan). Pada proses hemodialisis perlu diperhitungkan adanya kehilangan asam amino sebesar 1-2 gr/jam dialisis. Oleh karena itu asupan protein harus dinaikkan menjadi 1-1,2 gr/kgbb/hari.
3. Asupan lemak: 25-30 persen dari total kalori. Pembatasan lemak jenuh <10persen, jika didapatkan dislipidemia (kelainan pada lemak darah), dianjurkan kadar kolesterol dalam makanan <300 mg/hari.