Sabtu 05 Sep 2015 09:03 WIB

Agar Sehat, Mulailah Berhenti Menghitung Kalori yang Masuk?

Rep: MGROL 47/ Red: Indira Rezkisari
Haruskah selalu memperhatikan kalori yang masuk, ketimbang memperhatikan sumber makanan tersebut?
Foto: flickr
Haruskah selalu memperhatikan kalori yang masuk, ketimbang memperhatikan sumber makanan tersebut?

REPUBLIKA.CO.ID, Peneliti menyarankan, ketika makan berhentilah menghitung kalori. Fokus pada jenis makanan yang bisa meningkatkan kesehatan mereka dan mengurangi risiko terserang jantung, stroke, atau masalah kesehatan lain.

Dikutip dari Independent, Sabtu (5/9), sekelompok ahli kemudian menganjurkan diet gaya Mediteranian yang tinggi lemak. Beberapa ahli berpendapat bahwa  penghitungan kalori telah dimainkan berlebihan oleh industri makanan dan isu penurunan berat badan. Akibatnya pemahaman publik yang lebih luas tentang manfaat dari diet bergizi seimbang justru menjadi korban. Produk dengan lemak tinggi pun dipandang sebagai musuh.

Menurut peneliti, sudah waktunya untuk berhenti menghitung kalori. Lebih baik mulai mempromosikan gizi yang baik dan perubahan pola makan  dapat mengurangi angka kematian akibat penyakit kardiovaskular.

Dr Malhotra merupakan tokoh terkemuka dalam kelompok kampanye Aksi Gula, yang menyerukan pengurangan jumlah gula dalam makanan yang diproduksi. Ia mengatakan, lebih penting untuk mengetahui dari mana kalori berasal.

"Sebelum kita memiliki epidemi obesitas, menurut Anda, apakah kakek-nenek kita menghitung kalori? Satu-satunya orang yang mendapatkan manfaat dari menghitung kalori adalah perusahaan yang menjual makanan rendah lemak atau junk food berdasarkan kalori rendah, tapi penuh gula. Makanan seperti itu lebih rendah kalori daripada lemak," katanya.

Namun, Profesor Tim Sanders, profesor emeritus dari nutrisi dan dietetics di King College London, mengatakan bahwa saran diet saat ini di Inggris menekankan perlunya untuk mengurangi asupan garam, gula dan lemak. Ia menambahkan bahwa bahkan pola diet yang sehat dapat menghasilkan kenaikan berat badan jika terlalu banyak kalori yang dikonsumsi. 

"Menurut pendapat saya, itu adalah bodoh untuk menunjukkan bahwa kalori sebaiknya tidak dihitung dan kemudian menganjurkan diet lemak tinggi," katanya.

Dr Tim Chico, dari Fakultas  Kedokteran Kardiovaskular di University of Sheffield, mengaku setuju untuk fokus pada apa yang dimakan, bukan berapa banyak yang dimakan. Terutama, jika tujuannya adalah mengurangi penyakit jantung.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement