REPUBLIKA.CO.ID, Penyakit parkinson kurang lebih disebabkan oleh berkurangnya dopamine dalam otak yang menyebabkan aktivitas otak tidak bisa berfungsi normal. Penyebab menurunnya dopamine ini pun hingga kini masih belum dapat diketahui.
Namun menurut dr Frandy Susatia, SpS, faktor keturunan dan faktor lingkungan diketahui dapat menjadi penyebab dari penyakit ini. Untuk faktor genetik bisa disebabkan oleh mutasi gen yang menyebabkan meningkatnya risiko terkena penyakit parkinson. Diduga ada gen yang tidak sehat yang disalurkan kepada anak oleh orang tua, tapi hal ini sangat jarang terjadi.
"Untuk faktor lingkungan sendiri kebanyakan disebabkan oleh pajanan terhadap racun, seperti menghirup cairan pestisida, herbisida, asap kendaraan bermotor dan tentunya polusi pabrik. Akan tetapi, risiko dari faktor lingkungan ini cukup kecil dan belum ada bukti kuat terkait penyakit parkinson," ungkapnya.
Penyakit parkinson memang belum bisa disembuhkan secara total, namun menurut dr Made Agus M. Inggas, SpBS, gejalanya dapat diatasi dengan pemberian obat levodopa atau golongan obat parkinson lainnya, berolahraga, dan fisioterapi. Sayangnya, setelah pemberian obat jangka panjang, tak jarang pengaruh obat pada tubuh pasien juga dapat menjadi kurang efektif dan memiliki efek samping.
Hal tersebut dapat dibantu dengan operasi stimulasi otak dalam atau biasa disebut dengan Deep Brain Stimulation (DBS). Operasi ini bertujuan agar sel dopamin dapat dirangsang untuk memproduksi dopamin dan bekerja optimal kembali, sehingga gejala penyakit parkinson dapat diatasi dan dosis obat berkurang.
"DBS sendiri salah satu jenis operasi untuk mengatasi tremor, kaku, dan gerak yang lambat. Teknik operasi ini dilakukan melalui penanaman elektroda atau chip pada area tertentu di otak bagian dalam. Elektroda atau chip tersebut dihubungkan dengan kabel ke baterai yang diletakkan di dalam dada sebagai sumber arus listrik," ungkap made.
DBS telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika untuk pengobatan Essential Tremor (ET), Penyakit Parkinson (PD), Dystonia, dan Obsessive Compulsive Disorder (Sindrom Tourette). Di luar negeri, operasi DBS sebetulnya sudah menjadi standar yang harus dilakukan bila obat-obatan yang digunakan selama lima tahun tidak menunjukkan hasil, atau bila obat-obatan tersebut menimbulkan efek samping yang berat pada pasien parkinson.
"DBS merupakan teknik operasi baru yang sedang berkembang di Indonesia, namun tidak semua dokter spesialis bedah syaraf dapat melakukannya. Operasi ini bisa dilakukan pada pasien parkinson yang sudah lima tahun minum obat, tidak mengalami gangguan jiwa, dan juga tidak mengalami gangguan memori," tambahnya. Dengan operasi ini, Made pun berharap pasien parkinson bisa terlepas dari ketergantungan mengkonsumsi obat-obatan yang dapat memberikan efek samping.