REPUBLIKA.CO.ID, Pola makan tidak sehat diyakini menjadi biang keladi kematian di usia muda yang terjadi hampir di seluruh dunia. Sebuah studi mengungkapkan diet ketat menjadi salah satu pemicu kematian dan jauh lebih berisiko ketimbang merokok atau mengonsumsi alkohol. Umumnya diet ketat menyebabkan seseorang mengonsumsi lebih sedikit sayur-sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
Di Inggris, pola makan yang tidak sehat berada dalam urutan teratas dalam daftar lima penyebab kematian usia muda. Sedangkan kekurangan olah raga berada di posisi kelima dan mengonsumsi alkohol menempati urutan kesembilan.
The Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) di AS menemukan bahwa diet ketat yang menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi, kurang olahraga, dan obesitas merupakan penyebab kematian di usia muda. Fakta ini tidak hanya ditemukan di AS tapi juga di berbagai penjuru dunia.
Konsumsi daging merah seperti daging sapi serta minuman yang mengandung pemanis dituding menjadi dalang kematian pada orang-orang usia produktif. Penelitian ini menjadi data terbaru setelah studi pada 2010 yang dilakukan the Global Burden of Disease.
"Salah satu cara untuk dapat meningkatkan kesehatan adalah menghindari kebiasaan-kebiasaan berisiko seperti merokok dan diet ketat," kata Direktur IHME Dr. Christopher Murray kepada The Guardian, akhir pekan lalu. Di sisi lain, pemerintah dihadapkan pada tantangan untuk dapat mengedukasi warganya agar senantiasa menerapkan pola hidup sehat. Studi ini menggunakan data dari 108 negara selama periode 1990-2013. Dari waktu ke waktu risiko kematian di usia muda diketahui meningkat dari 67 persen menjadi 79 persen.
Timur Tengah dan Amerika Latin menunjukkan keadaan yang berbeda. Di kedua wilayah tersebut, gangguan kesehatan yang berujung kematian disebabkan karena obesitas. Afrika mencatatkan data kesehatan yang lebih memilukan. Kekurangan gizi, kelangkaan air, seks bebas, dan konsumsi alkohol membawa banyak warganya harus berhadapan dengan kematian di usia muda.