Kamis 17 Sep 2015 10:01 WIB

Konsumsi Air Kotor Sebabkan Batu Ginjal

Rep: C04/ Red: Winda Destiana Putri
Air minum
Foto: pixabay
Air minum

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan peraturan dari Kementerian Kesehatan RI tahun 2010, air minum yang laik konsumsi haruslah memenuhi syarat yang ditentukan.

Sayangnya, menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 33 persen rumah tangga di Indonesia masih menggunakan fasilitas yang tidak laikk dalam memperoleh air minum. Bahkan kondisi air minum itu sendiri kerap berbau tidak sedap.

Hal ini sudah lama diprediksi oleh beberapa pakar lingkungan, Dr. Ir. Firdaus Ali, M.Sc juga mengungkapkan bahwa sejak terjadi penurunan permukaan air tanah yang mencapai 80 persen, jelas membuat masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih.

Bahkan, kondisi ini diperparah karena sebagian besar wilayah di Indonesia, seperti di pulau Jawa, Bali, Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur kerap mengalami defisit air bersih akibat pengelolaan sumber daya air yang kurang maksimal, ditambah dengan populasi penduduk yang terus meningkat.

"Kondisi air di Indonesia sudah tercemar berat. Diperkirakan pada 2030 nanti Indonesia sudah tidak memiliki ketersediaan air bersih. Kondisi ini pula yang akan mengantarkan kita ke masalah krisis air yang berkepanjangan. Tapi, untungnya saat ini Indonesia memiliki banyak waduk yang sementara waktu dapat berguna menampung kebutuhan air bersih kita," kata Firdaus.

Sementara itu, menurut data dari Sucofindo pada tahun 2010 akibat dari tercemarnya air, 5 dari 10 sumber air tanah di Jabodetabek dan Bandung positif tercemar bakteri Ecoli. Hal ini lantaran masyarakat banyak yang membuat saluran pembuangan akhir septic tank secara tidak layak, yakni terlalu berdekatan dengan sumber air. Hal ini jelas membuat bakterinya mencemari air tanah tersebut.

Prof. dr. Umar Fahmi Achmadi, MPH, Ph.D juga mengungkapkan bahwa menurut data dari Unicef Indonesia pada tahun 2012, angka diare akibat air telah tercemar bakteri Ecoli dari anak-anak di rumah tangga yang menggunakan sumur terbuka untuk air minum tercatat 34 persen lebih tinggi.

"Tapi, perlu juga diperhatikan bahwa memasak air hingga mendidih saja tidak akan cukup untuk menghilangkan zat-zat kimia berbahaya, seperti logam berat yang terkandung dalam air. Kualitas air berbeda-beda di tiap daerah, dapat mengandung logam, zat radioaktif dan kadmium yang tinggi sehingga menyebabkan pengendapan yang menjadi batu di dalam saluran ginjal," ungkapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement