Senin 21 Sep 2015 07:39 WIB

Jangan Abaikan Pegal dan Nyeri Bagian Leher

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Sebagian besar pasien datang dengan nyeri leher karena akibat sering menonton televisi sambil tiduran. Bisa juga karena seringnya main gadget sambil tiduran.
Foto: flex-pt
Sebagian besar pasien datang dengan nyeri leher karena akibat sering menonton televisi sambil tiduran. Bisa juga karena seringnya main gadget sambil tiduran.

REPUBLIKA.CO.ID, Ketika bangun tidur, ada sejumlah orang yang sering merasa sakit di bagian leher. Atau justru dia merasa pusing. Sebenarnya apa penyebabnya? Jika dibiarkan, akan berdampak burukkah bagi kesehatan?

Menurut dr Ade Sri Wahyuni, SpRM, nyeri itu banyak penyebabnya. Makanya harus dilihat dulu waktu nyerinya kapan, munculnya mendadak atau tidak. Lalu nyerinya seperti apa, munculnya pada saat apa.

Penyebab nyeri leher bisa juga karena aktivitas di depan komputer terlalu lama dan sering. Lalu karena tidak pernah melakukan peregangan dan tidak pernah olahraga maka jadi terakumulasi. Terus begitu setiap hari. Kemudian setelah itu tidur dan posisinya diam tidak bergerak. Akibatnya ketika bangun tidur keesokan harinya akan terasa tidak nyaman.

Atau bisa juga karena sering menonton televisi sambil tiduran. Sebagian besar pasien datang dengan nyeri leher karena akibat sering menonton televisi sambil tiduran. Bisa juga karena seringnya main gadget sambil tiduran. Sering buka telepon genggam atau tablet sambil tiduran dan terus dilakukan. Dilakukan sedikit-sedikit tapi rutin tanpa terasa akhirnya otot leher berubah. Otot leher kelengkungannya berubah. Ini biasanya terjadi pada pasien muda.

“Asalnya ototnya dulu berubah. Kalau kronik akan mengubah struktur dan posturnya. tulang leher melurus. Jika dibiarkan terus lama-lama akan mengubah struktur. Lama-lama jadi inflamasi. Sendinya berubah baru kenalah palsetnya. Tidak mungkin dengan sendirinya berubah palsetnya.

Tidak tiba-tiba kena palset. Pasti dari yang ringan dulu,” ungkapnya kepada wartawan di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Sakit leher yang parah ini tidak bisa dipastikan akan terjadi berapa lama setelah kebiasanyaan nyeri leher diabaikan. Tapi menurut Ade ini tidak mungkin hanya terjadi harian atau mingguan. Kemungkinan besar terjadi sudah bulanan atau tahunan.

“Ketika kerja diabaikan tadinya pegal biasa abaikan, setekah kronik kadang-kadang untuk bergerak saja sulit, tidak berasa kalau dia tidak bisa menggerakkan lehernya hingga 45 derajat karena sudah teradaptasi. Tidak dirasakan, tapi suatu saat tidak enak,” tambahnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement