Kamis 01 Oct 2015 16:53 WIB

Indonesia Negara Pertama Perokok Aktif Tertinggi Dunia

Rep: C04/ Red: Winda Destiana Putri
Kampanye anti-rokok
Foto: Republika/Yasin Habibi
Kampanye anti-rokok

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia, sejak dahulu hingga sekarang semakin gencar mengampanyekan bahaya rokok bagi kesehatan.

Ini dikarenakan, rokok sangat berbahaya tak hanya bagi perokok aktif namun juga bagi perokok pasif yang hanya menghirup asapnya.

Robby Indra Wahyuda (27), adalah seorang perokok aktif yang sudah merokok aktif sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama. Kedua orangtuanya tidak mengetahui kebiasaan anaknya tersebut.

Akibatnya, pada usia 26 tahun di bulan Januari 2014 lalu, ia divonis oleh dokter menderita kanker laring stadium tiga. Kanker tersebut mengharuskannya melakukan operasi pengangkatan pita suara. Sehingga, terdapat lubang di leher bekas operasi pengangkatan tersebut.

Sayangnya, pada Juni 2015 lalu, Robby menghembuskan nafas terakhirnya akibat kanker. Hal ini dikisahkan langsung oleh ibunda Robby, Syaifatul Hadijah dalam acara kampanye bertema 'Rokok Itu Murah, Obatnya Yang Mahal' yang diadakan di Jakarta, belum lama ini.

"Rokok sangat berbahaya, sudah dibuktikan sendiri dari kisah anak kami. Semoga masyarakat Indonesia semakin sadar akan bahayanya, agar tak ada lagi Robby-Robby yang lain nantinya," ungkap Syaifatul Hadijah.

Senada dengan kisah Robby tersebut, Kepala Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes RI, dr Eni Gustina, MPH juga menjabarkan bagaimana bahaya yang ditimbulkan oleh rokok. Ia mengungkapkan, menurut data dari Global Adult Tobacco Survey (GATS) pada tahun 2011, Indonesia menjadi negara yang menduduki posisi pertama dengan prevelensi perokok aktif tertinggi, yakni 67,0 persen pria dan 2,7 persen wanita.

"Sungguh ironis memang, apalagi angka prevelensi perokok wanita terhitung cukup tinggi. Hal ini bisa diakibatkan oleh gaya hidup, kebiasaan di lingkungannya serta akibat mindset dari promosi iklan rokok yang salah," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement