REPUBLIKA.CO.ID, MERSEYSIDE -- Sebuah jajak pendapat yang dilakukan Aosisasi Guru menunjukan bahwa saat ini siswa mengalami tekanan lebih dari tahun-tahun sebelumnya. Siswa cenderung mengalami ganguan makan, penyalagunaan obat, dan mencoba bunuh diri.
"Kurikulum yang harus disalahkan karena terlalu banyak tekanan diletakkan pada anak-anak," ujar salah satu guru di Merseyside, kota yang terletak di Inggris, dilansir dari Mirror, Jumat (2/10).
Dari jajak pendapat tersebut menunjukan bahwa 65 persen guru menyalahkan budaya pengujian dan ujian yang dilakukan sekolah untuk menciptakan iklim ketakutan. Hal tersebut menyebabkan siswa untuk menyakiri diri sendiri.
"Hal ini mengejutkan bahwa begitu banyak orang muda di bawah umur begitu banyak stres yang mereka menyakiti diri," ujar Dr Mary Bousted, Sekjen ATL.
Dari 1.250 suara pegajar, sekitar 65 persen guru mengatakan, bahwa siswa di sekolah mereka lebih tertekan daripada dua tahun lalu. Dalam jajak pendpat ini juga menunjukan bahwa 31 persen siswa yang tertekanan dan stres mengalami ganguan makan.
Satu dari lima guru mengatakan siswa mereka mengambil narkoba untuk mengurangi tekanan sementara. Dan 12 persen guru percaya bahwa murid telah mencoba bunuh diri.
Jajak pendapat ini menunjukan, lebih dari sepertiga atau 34 persen berpikir bahwa stres adalah penyebab utama pembolosan, dan hampir setengah guru atau 48 persen merasa bahwa murid mereka menderita karena kurikulum terlalu padat.
"Anak-anak kita adalah yang paling bahagia dengan kehidupan sekolah mereka di dunia, dan juga di antara yang paling diuji di dunia," kata Dr Mary Bousted.