Senin 12 Oct 2015 07:17 WIB

Sunat Dewasa, Berisiko Infeksi Hingga Harus Diulang

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Sunat pada pria dewasa juga bisa mengurangi risiko infeksi menular seksual (IMS) lainnya melalui hubungan heteroseksual.
Foto: wikimedia
Sunat pada pria dewasa juga bisa mengurangi risiko infeksi menular seksual (IMS) lainnya melalui hubungan heteroseksual.

REPUBLIKA.CO.ID, Segala tindakan medis, bukan tanpa risiko. Apapun itu akan ada risikonya meskipun sangat kecil. Sama halnya dengan sunat. Pada orang dewasa sunat tentu saja memiliki risiko. Bahkan risiko terbesarnya bisa menyebabkan pendarahan. Bagaimana bisa seperti itu?

Pakar sunat dewasa dari Rumah Sunatan Bekasi menjelaskan sunat dewasa memiliki berbagai risiko, risiko pertama adalah terjadinya luka terbuka. Misalnya sunat dilakukan secara konvensional yang kulit penutup kepala penis dipotong sedikit demi sedikit. Ketika dilakukan sunat, udara saja bisa berisiko ada kuman, apalagi risiko kuman pada alat-alat yang digunakan untuk sunat jika tidak steril alatnya.

“Misalnya sunatan massal yang dilakukan dengan metode konvensional. Saat sunat, ada truk lewat, debu berterbangan, nah luka sunat yang terbuka belum dijahit, debu tersebut berisiko nempel di luka tersebut, ini bisa menyebabkan infeksi,” tambahnya kepada wartawan di Bekasi, beberapa waktu lalu.

Selain itu, sunat dewasa juga berisiko lepas jahitan. Ini apabila sebelum sebulan penis yang sedang luka sudah banyak rangsangan. Apalagi sampai dipakai untuk berhubungan intim. Ini akan membuat risiko jahitan luka sunat terlepas. “Jika ini terjadi, maka proses sunat akan dilakukan ulang 60 sampai 70 persennya,” jelasnya.

Risiko sunat dewasa yang paling mengerikan adalah pendarahan. Dimana ini tergantung dari ukuran penis pria dewasa. Jika penis pria dewasa besar maka risiko pendarahannya semakin besar. Mengapa? “Karena semakin besar penis, maka semakin besar pembuluh darah karena itu risiko pendarahannya semakin besar pula,” tambahnya.

Risiko pendarahan juga bisa terjadi jika pada proses sunat dewasa, kulit yang terbuang terlalu banyak. Jahitan kulit ini akan tertarik saat ereksi sehingga akan menimbulkan rasa sakit hingga pendarahan. Memang kulit memiliki daya remodelling tapi pada pria orang tua daya ini lebih rendah dibandingkan anak-anak. "Anak seiring dengan perkembangan usia, kulit yang muncul kembali akan mengikuti bentuk dan ukuran penis,” jelasnya.

Agar tidak terlalu banyak membuang kulup, tenaga medis yang terlatih sudah memiliki perkiraan tersendiri. Namun, biasanya yang menjadi patokan yakni batas frenulum atau kulit di ujung penis.

“Frenulum sifatnya rapuh dan rentan terjadi risiko perdarahan. Karena itu saat sunat, pada frenulumnya diberi ruang lebih panjang dan memotongnya miring, bukan garis lurus gitu. Karena pada orang dewasa saat ereksi penisnya kan ke arah atas. Kalau terlalu banyak yang dibuang, nanti saat ereksi akan tertarik sekali dan sakit," ungkapnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement