REPUBLIKA.CO.ID, Trik agar bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu, atau istilahnya multi-tasking, adalah dengan melatih otak kita. Para peneliti di Australia menemukan latihan otak dapat dilakukan dengan 'membagi dan mengatasi' setiap tugas secara terpisah.
Dalam salah satu penelitian terbesar, Profesor Paul Dux dan Dr Kelly Garner dari Fakultas Psikologi di University of Queensland School menggunakan pencitraan dalam waktu sebenarnya, untuk melihat pola aktivitas 100 relawan yang diminta untuk melakukan dua tugas secara bersamaan.
Penelitian, yang diterbitkan pekan ini dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, menunjukkan otak dapat dilatih melakukan banyak hal dengan lebih baik. Ketidakmampuan manusia untuk melakukan banyak hal secara bersamaan masih menjadi teka-teki, mengingat kapasitas pengolahan otak kita.
"Telah banyak upaya yang mencoba memahami mekanisme mengapa kita memiliki kesulitan dalam melakukan dua hal yang sebenarnya sederhana secara bersamaan," kata para peneliti.
Diperkirakan masalah memiliki keahlian untuk melakukan banyak hal secara sekaligus dikarenakan bagian otak, seperti daerah frontoparietal dan subkortikal, memiliki kapasitas terbatas untuk memproses beberapa rangsangan secara sekaligus.
Untuk menguji bagaimana melatih meningkatkan kapasitas otak, para relawan diberi tugas yang berkaitan dengan pendengaran - menekan tombol dengan satu tangan ketika mereka mendengar salah satu dari dua suara. Di saat bersamaan, mereka harus menekan tombol yang berbeda dengan tangan yang lain ketika diperlihatkan berbagai macam bentuk.
Sementara untuk mengukur kecepatan dan akurasi, otak para relawan dipindai menggunakan mesin pencitraan resonansi magnetik fungsional - yang menunjukkan jumlah aktivitas saraf di otak. Pertanyaan apakah otak dapat melakukan banyak hal dalam waktu bersamaan adalah pertanyaan klasik di ilmu psikologi dan neuroscience.
Selama lima hari, satu kelompok relawan menjalani pelatihan multi-tasking dengan tugas yang berbeda, sementara kelompok lainnya melakukan tugas lainnya. Kedua kelompok kemudian diuji lagi setelah lima hari untuk melihat apakah kecepatan otak mereka meningkat.
Profesor Paul Dux mengatakan dari hasil pemindaian, atau scan, menunjukkan mereka yang melalui pelatihan multi-tasking bisa melakukan banyak hal sekaligus dengan lebih baik, karena otak yang terbiasa melakukan tiap-tiap tugas secara terpisah.
Hal ini pun terlihat dalam mesin scan, dengan menunjukkan lebih jelas pola aktivitas dalam otak untuk setiap tugas individu. "Jika dua pola pola aktivasi, untuk tugas pertama dan tugas kedua, menjadi lebih terpisah, maka terlihat kita akan lebih baik dalam mengerjakan multi-tasking karena satu sama lain tidak saling menganggu," kata Profesor Dux.
"Kami menggunakan istilah ini 'membagi dan mengatasi' ... sehingga mereka yang memiliki representasi terpisah di wilayah-wilayah otak dapat melakukan banyak hal sekaligus secara lebih baik. Tapi hanya jika mereka melakukan latihan yang benar," tambahnya.
Namun, menurutnya masih tidak diketahui apakah pelatihan multi-tasking dapat meningkatkan kemampuan kita banyak hal secara umum lainnya. Pertanyaan ini masih menjadi rahasia besar, dan cukup mahal, karena industri pelatihan otak bernilai sekitar 5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 50 triliun.