REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Badan PBB yang khusus membidangi anak-anak UNICEF menegaskan kembali pentingnya mencuci tangan, Kamis (15/10).
Menurut UNICEF, lebih dari 800 anak meninggal setiap harinya karena diare yang disebabkan oleh kurangnya akses air atau sanitasi.
Kegagalan banyak orang di berbagai negara dalam mencuci tangan menjadi salah satu pemicu utama tingginya angka kematian tersebut. UNICEF mengatakan cuci tangan dengan sabut adalah intervensi kesehatan paling efektif dan murah untuk menghambat kematian global.
"Sama seperti kebersihan minum air dan akses ke toilet, mencuci tangan dengan sabun adalah hal yang penting untuk mencapai tujuan pengembangan air dan sanitasi secara global," kata kepala program higienis sanitasi dan air UNICEF, Sanjay Wijesekera dilansir Reuters.
Tingkat kematian tertinggi ada di sebagian besar negara-negara Sahara Afrika. Hanya setengah dari penduduknya yang mencuci tangan. Bahkan klinik kesehatan pun kekurangan fasilitas air. Sekitar 42 persen dari fasilitas kesehatan di Afrika tidak memiliki sumber air dalam 500 meter.
"Sejak lahir, tangan kotor dukun bayi akan mengirim patogen berbahaya pada anak. Sehingga mereka harus sadar mencuci tangan karena itu salah satu cara sederhana yang paling efektif," kata Wijesekera dalam pernyataan untuk memperingati Hari Cuci Tangan Sedunia.
Para pemimpin dunia mengadopsi 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di PBB pada bulan September sebagai cara berfokus pada masalah pembangunan yang paling mengganggu di dunia, termasuk akses terhadap air dan sanitasi.
UNICEF mengatakan bahwa perbaikan dalam kebersihan harus dilengkapi tindakan untuk menyediakan akses yang lebih baik terhadap air dan sanitasi. Sehingga anak-anak tidak meninggal akibat penyakit yang dapat dicegah dengan mudah.