Selasa 20 Oct 2015 06:35 WIB

Cinta Sering Diibaratkan Seperti Kecanduan Heroin, Ini Penjelasannya

Rep: Qommaria Rostanti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Jatuh cinta tak hanya baik bagi perasaan, tapi juga bermanfaat besar pada kesehatan.
Foto: Republika/Prayogi
Jatuh cinta tak hanya baik bagi perasaan, tapi juga bermanfaat besar pada kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID,PENNSYLVANIA -- Penelitian menunjukkan cinta cukup adiktif untuk otak, bahkan sering diibaratkan seperti kecanduan pada kokain atau heroin. Psikolog JoAnn Deak mencatat kesamaan  mekanisme kimia aktif antara cinta dan heroin.

"Perubahan kimia di bagian otak saat Anda jatuh cinta sama seperti yang dihasilkan oleh heroin atau kokain berdosis tinggi," ujarnya seperti dikutip dari The Daily Beast, belum lama ini.

Perubahan kimia yang paling mungkin terjadi yakni terkait pelepasan dopamin. "Seseorang akan kebanjiran dopamin misalnya pada saat memakan cupcakes, menggunakan senjata api, atau melakukan hubungan seks," kata Deak.

Dopamin adalah zat kimia alami yang dilepaskan oleh neuron dan dikirim ke neuron lain. Meskipun hal ini terdengar sederhana, namun setiap neuron dapat berkomunikasi dengan hampir 10 ribu neuron lain. Ada sekitar 100 miliar neuron di dekat otak manusia. Hal ini membuat manusia memiliki hampir 1.000 triliun jaringan koneksi.

Saat dopamin dilepaskan, baik itu oleh obat-obatan dan cinta, apakah keduanya berhubungan satu sama lain? "Panggilan cinta adalah kecanduan alami," ujar Deak.

Antropolog biologis Helen Fisher merupakan seorang peneliti senior di Institut Kinsey yang mempelajari cinta dan kecanduan. Pada 2014 ia menulis sebuah bab buku berjudul The Tyranny of Love. Menurut penelitiannya, scan fMRI menunjukkan bahwa perasaan romantis cinta terlibat intens dengan daerah otak di bagian sistem 'penghargaan' (reward).

Dopamin merupakan jalur yang terkait dengan energi, fokus, motivasi, ekstasi, dan keinginan, termasuk daerah utama yang terkait dengan kecanduan. Sistem reward adalah sistem yang menjadi aktif ketika Anda jatuh cinta. "Cinta yang romantis, kemudian menikah, dan saling memerlukan satu sama lain seperti haus dan lapar," kata Fisher.

Fisher menyamakan cinta dengan kecanduan, mengingat keduanya berbagi beberapa sistem otak yang sama. Fisher percaya, cinta bisa menjadi disfungsional. "Dugaan saya ada lebih banyak orang yang dipenjara karena cinta daripada kecanduan heroin. Gairah cinta dapat berubah menjadi gelap. Jika Anda jatuh cinta dan ditolak, bisa saja Anda bunuh diri, membunuh orang lain, atau mengalami depresi klinis.

Sebaliknya, cinta juga dapat menjadi kecanduan yang sangat indah. "Orang yang jatuh cinta memiliki komitmen seumur hidup dan mempunyai anak-anak," ujar Fisher. Mengingat dopamin dalam cinta diproduksi secara organik, Fisher menyebut cinta sebagai kecanduan alami, berbeda seperti penyebab eksternal dopamin yang dilepaskan dari obat-obatan seperti kokain.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement