Jumat 06 Nov 2015 19:06 WIB

Waspadai Bungkus Makanan yang Bisa Ganggu Kesehatan

Bungkus makanan dari bahan tertentu bisa menyebabkan penyakit.
Foto: Republika/Agung Suprianto
Bungkus makanan dari bahan tertentu bisa menyebabkan penyakit.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan kemasan pangan tidak dapat dipisahkan dari produk pangan. Jenis-jenis kemasan pangan primer yang beredar di Indonesia juga beragam mulai dari styrofoam, plastik, hingga yang berbahan jenis kertas, seperti kertas nasi bungkus berwarna coklat, karton duplex, karton virgin fiber, serta karton food grade.

Dalam keseharian, kertas nasi bungkus berwarna coklat dan karton duplex adalah jenis kemasan pangan primer berbahan kertas yang paling lazim digunakan sebagai kemasan nasi kotak, snack box, dan nasi bungkus.

Perlu diketahui bahwa karton duplex dan kertas nasi bungkus berwarna coklat terbuat dari kertas daur ulang yang mungkin sudah terkontaminasi dan mengandung tinta cetak, perekat, lilin, bahan pencelip, serta bahan-bahan kimia lainnya.

Selain itu, mikroorganisme dan jamur dapat tumbuh pada kertas bekas. Fakta penting lainnya yaitu ditemukannya kandungan logam berat yang relatif tinggi pada kertas yang mengandung serat daur ulang. Tidak hanya itu, kandungan mikroorganisme pada kertas tersebut juga menunjukkan nilai tertinggi dibandingkan jenis kertas lainnya.

Zat-zat berbahaya di atas berdampak negatif terhadap tubuh manusia sehingga dapat menimbulkan penyakit seperti kanker, kerusakan hati dan kelenjar getah bening, menganggu sistem endokrin, kelahiran prematur, meningkatkan risiko asma, mutasi gen, dan lain-lain.

Karena itu, penggunaan jenis kertas tersebut sebagai kertas kemasan pangan primer perlu diwaspadai. Muhammad Adjidarmo, pengamat industri kertas, menegaskan tentang bahayanya penggunaan kertas nonkemasan pangan.

"Kertas bekas termasuk koran dan majalah seharusnya tidak digunakan untuk membungkus bahan pangan secara langsung karena mengandung timbal yang jika terakumulasi dalam tubuh dapat berisiko membahayakan kesehatan," ujarnya.

Sayangnya hingga saat ini masih banyak ditemukan makanan jajanan, seperti gorengan yang dibungkus dengan kertas bekas. Padahal bahan yang panas dan berminyak akan mempermudah berpindahnya timbal ke makanan tersebut.

Bahkan jenis bahan pangan, konsentrasi, waktu kontak, serta luas permukaan kontak juga turut memicu migrasi. Salah satu penyebab maraknya penggunaan kertas nonkemasan adalah karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan efek samping yang ditimbulkan.

Di samping itu, ada sebagian masyarakat yang lebih mempertimbangkan harga murah daripada kesehatan. "Sebenarnya tahu kalau kertas coklat kurang baik digunakan untuk membungkus makanan tapi tidak terpikir kalau dampaknya seburuk itu," ujar Vina (23), salah satu karyawati gerai baju di Jakarta.

Lalu Seperti Apakah Kemasan Pangan yang Aman? Jenis kemasan pangan primer berbahan kertas lainnya adalah karton virgin fiber dan karton food grade. Secara kasat mata, tidak terlihat perbedaan yang mencolok karena keduanya terbuat dari bahan dasar virgin fiber (serat alami) yang membuat tampilannya berwarna putih.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement