Selasa 17 Nov 2015 16:05 WIB

Waspada, Kecemasan Ringan Bisa Berujung Depresi

Rep: C04/ Red: Indira Rezkisari
Kecemasan merupakan masalah yang berkaitan dengan timbulnya gejala-gejala sistem saraf otonom di dalam tubuh.
Foto: flickr
Kecemasan merupakan masalah yang berkaitan dengan timbulnya gejala-gejala sistem saraf otonom di dalam tubuh.

REPUBLIKA.CO.ID, Anda gelisah ketika tanpa sengaja telepon genggam tertinggal di rumah? Segala koneksi yang biasa digapai dengan mudah jadi terbatas. Kegelisahan lalu muncul, menimbulkan perasaan tidak tenang bahkan cemas.

Kondisi tersebut ternyata masuk ke dalam gejala ringan gangguan kecemasan yang banyak dialami oleh manusia. Disadari atau tidak, menurut Presiden ASEAN Federation for Psychiatry and Mental Health (AFPMH), dr. Danardi Sosrosumihardjo, SpKJ (K) banyak diantara kita yang kerap mengalami masalah ini.

"Banyak pemicunya, mulai dari akibat faktor lingkungan, gaya hidup kaum urban yang serba cepat dan masalah pemanasan global adalah sebagian umum yang bisa memicu seseorang mengalami kecemasan," ungkapnya, dalam acara Pfizer Press Circle di Restaurant Marche Jakarta, beberapa waktu lalu.

(baca: Duh, Depresi Intai Anak Perempuan yang tak Dekat dengan Ayah)

Ia juga mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan masalah yang berkaitan dengan timbulnya gejala-gejala sistem saraf otonom di dalam tubuh. Biasanya kecemasan itu ditandai dengan timbulnya dua komponen gejala yaitu gejala fisik dan psikologis. "Untuk gejala fisik biasanya ditumbulkan oleh tubuh seperti jantung berdebat, diare, pusing, berkeringat dingin, sesak napas, mual dan lainnya. Sementara gejala psikologis sendiri ditandai dengan perasaan khawatir, was-was, gugup dan ketakutan," tambahnya.

Dalam praktik sehari-hari, beberapa diagnosis gangguan cemas yang sering di temukan adalah gangguan cemas menyeluruh, gangguan cemas panik, gangguan obsesif komplusif, gangguan stress pascatrauma, fobia sosial dan fobia spesifik. Namun, dari semua kecemasan tersebut ternyata memiliki dampak negatif dan positif.

"Kalau karakter kecemasan yang muncul bersifat positif dan mekanisme penanganan atau terapi dapat dilakukan dengan tepat, maka dipastikan individu tersebut bisa menghadapi serta mengendalikan gangguan tersebut dengan baik," lanjutnya.

Akan tetapi, apabila terjadi kebalikannya dan menimbulkan kecemasan berlebih hingga ketegangan terus menerus, maka perlu melakukan terapi dengan psikolog atau psikiater. Senada dengan Danardi, dr. Andri, SpKJ, FAPM yang merupakan psikiater dari Klinik Psikosomatik Rumah Sakit OMNI Alam Sutera Tangerang, mengungkapkan bahwa kecemasan yang berlebih kiranya juga patut untuk di waspadai karena dapat mengancam jiwa.

"Kalau gejala kecemasan sudah masuk ke dalam fase gangguan jiwa yang mengakibatkan gangguan depresi, maka baik pasien maupun para medis perlu melakukan penanganan khusus," kata Andri, dalam kesempatan yang sama.

Kecemasan perlu ditangani dengan baik agar menghindari depresi atau gangguan jiwa lain yang lebih parah. Pada dasarnya kasus-kasus gangguan jiwa seperti cemas dan depresi ini bisa disembuhkan. Akan tetapi pasien seringkali menunggu terlalu lama mencari pertolongan, karena cenderung merasa malu jika harus datang ke psikolog atau psikiater.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement