REPUBLIKA.CO.ID, Berolahraga bukan sekadar menggunakan sepatu kets dan mulai berlari. Aktivitas fisik perlu dilakukan dengan mengetahui prinsip-prinsip dasar tiap gerakan. Jadi, tidak boleh asal berolahraga tanpa tahu manfaat yang sebenarnya bagi tubuh.
"Untuk melakukan latihan secara benar, maka dibutuhkan peranan dari dokter agar pasien tidak salah melakukan gerakan. Aktivitas yang dilakukan juga harus disesuaikan juga dengan umur dan IMT (indeks masa tubuh)," kata Chairman of Exercise is Medicine ASEAN Chapter, Dr Benedict Tan.
Selain itu, yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah harus menyesuaikan dengan bawaan penyakit yang diderita oleh pasien. Sebagai contoh, penderita penyakit jantung kronik disarankan tidak boleh melakukan aktivitas fisik terlalu berat dan harus dilakukan sesuai dengan saran dokter.
(baca: 5 Cara Sehat Makan Junk Food)
"Bukan tidak boleh melakukan aktivitas fisik, justru orang yang sakit kemudian berolahraga dapat membantu menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Akan tetapi, perlu diperhatikan jenis aktivitas fisik yang ia jalani dan jangan terlalu berat. Sebaiknya konsultasikan juga dengan dokter, tentang aktivitas apa yang cocok dengan kondisi tubuhnya saat ini," kata Tan.
Maka dari itu, diperlukan kolaborasi yang tepat antara dokter dan pasien untuk melakukan aktivitas ini. Karena, dukungan dokter dan praktisi kesehatan dalam mengajak orang untuk berolahraga juga tak kalah penting dilakukan, agar masyarakat Indonesia semakin sadar akan pentingnya melakukan aktivitas fisik untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan jauh dari ancaman penyakit berbahaya.