Senin 14 Dec 2015 08:11 WIB

Ini Alasan Teknik Klem Lebih Dianjurkan untuk Sunat Anak

Rep: C04/ Red: Indira Rezkisari
Anak-anak mengikuti sunatan masal di Pesantren Ar-Riyadh, Bogor, Jawa Barat Jumat (23/10).  (Republika/Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Anak-anak mengikuti sunatan masal di Pesantren Ar-Riyadh, Bogor, Jawa Barat Jumat (23/10). (Republika/Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, Sunat merupakan tindakan bedah yang paling tertua dan umum dilakukan oleh semua laki-laki di seluruh dunia. Bagi umat Muslim, sunat merupakan kegiatan wajib yang harus dilakukan.

Dahulu, sunat dilakukan oleh dukun sunat tradisional, namun saat ini banyak masyarakat yang memilih untuk melakukan proses sunat ke dokter.

Menurut Spesialis Bedah Saraf dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS curcumcision atau sunat merupakan tindakan pembedahan untuk menghilangkan sebagian kulit yang menutupi kepala penis. Seiring dengan perkembangan jaman, serta meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai manfaat sunat, sirkumsisi kini tidak hanya terbatas bagi agama atau kelompok tertentu.

"Sejumlah laki-laki di negara barat, bahkan juga disunat karena alasan kesehatan seperti fimosis, parafimosis, balanitis, postitis serta juga menghindari kejadian kondiloma akuminata dan kanker penis," ujarnya, akhir pekan lalu.

Tak hanya itu, lanjut Mahdian belakangan sunat juga diketahui mampu menurunkan risiko penularan penyakit menular seksual, termasuk virus HIV. Di Indonesia, umumnya sunat dilakukan ketika anak laki-laki sudah memasuki akil balig, namun di banyak negara sunat umumnya dilakukan satu hingga dua minggu ketika seorang anak laki-laki baru dilahirkan.

(baca: Malang Rencanakan Jadikan Daun Kelor Gizi Pengganti Susu Sapi)

Hal ini sengaja dilakukan, mengingat prosedur sunat akan lebih sulit dan berisiko jika dilakukan ketika anak tersebut telah beranjak dewasa. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur sunat ini pun bervariasi.

Bagi dokter maupun tenaga medis yang berpengalaman mungkin hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Sementara apabila menggunakan teknik konvensional biasa mungkin membutuhkan waktu hingga 45 menit dengan resiko infeksi yang lebih tinggi.

"Ada beberapa teknik sunat yang dikenal saat ini, diantaranya sunat tradisional, konvensional dan modern termasuk teknik klem. Akan tetapi belakangan, teknik klem menjadi salah satu dari sekian banyak metode yang paling banyak diminati dan populer di dunia," tambahnya.

Nigeria, Malaysia dan beberapa negara Eropa lainnya bahkan telah lama menggunakan teknik ini. Teknik klem pun terbukti lebih banyak diminati dibandingkan dengan teknik sunat biasanya.

Klem juga dinilai lebih praktis ketika digunakan oleh para dokter. Proses sunat juga cukup cepat dengan risiko infeksi dan pendarahan yang sangat minim.

(baca juga: Psikolog: Orang Tua Harus Pasang Fliter Konten di HP Anak)

"Bahkan teknik klem sangat direkomendasikan oleh WHO sebagai teknik sirkumsisi yang paling aman. Salah satunya juga digunakan di negara Afrika. Komplikasi total ketika menggunakan teknik ini hanya sebesar 2 persen," lanjut Mahdian.

Dari 250 juta penduduk Indonesia setiap tahun paling tidak ada dua juta orang laki-laki yang harus di sunat. Sayangnya, saat ini yang disunat menggunakan klem masih sangat sedikit yakni hanya sebesar 1 persen dari jumlah penduduk.

"Dahulu teknik klem memang mahal karena bahan yang digunakan harus import dan disesuaikan dengan kurs dollar. Namun saat ini teknik klem cukup murah karena alatnya sudah dapat kita produksi sendiri dengan kualitas yang lebih baik tentunya," ungkapnya.

Dengan hadirnya teknik klem ini, Mahdian berharap agar teknik tersebut semakin dikenal. Sehingga anak laki-laki yang hendak disunat tak lagi merasa takut akan bayang-bayang teknik sunat yang menyakitkan dan membutuhkan proses penyembuhan yang lama.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement