Selasa 22 Dec 2015 19:30 WIB

Liburan Sambil Detoks Digital Jadi Tren Terkini

Bagi beberapa orang dewasa mewarnai menjadi hobi baru yang dinilai bisa membuat rileks.
Foto: flickr
Bagi beberapa orang dewasa mewarnai menjadi hobi baru yang dinilai bisa membuat rileks.

REPUBLIKA.CO.ID, Perusahaan penyewaan rumah untuk berlibur mengatakan kini semakin banyak konsumen  yang mencari tempat untuk melakukan detoks atau puasa dari perangkat digital.

Peserta program detoks digital dan meditasi di Blue Mountain selama 10 hari dilarang menggunakan peralatan elektronik mereka.

Dan ini membuka peluang bagi para pemilik rumah yang cerdas untuk menawarkan rumah mereka kepada keluarga dan orang-orang yang mencari tempat untuk mengasingkan diri sejenak dengan perangkat digital mereka.

 

Anton Stanish dari situs penyewaan rumah untuk berlibur, Stayz.com.au mengatakan perusahaannya mendapati ada kenaikan sebesar 10 persen dari para pemilik rumah yang menawarkan rumah tinggal bernuansa alam miliknya untuk disewakan.

 

"Kami memiliki banyak rumah-rumah yang sangat bagus yang lokasinya di sepanjang pesisir,  seperti Mollymook, dimana jangkauan telepon tidak terlalu bagus tapi peminatnya sangat banyak,’ katanya.

 

Psikolog memperkirakan rata-rata kebutuhan setiap orang mengkonsumsi informasi adalah  setara dengan 174 surat kabar setiap harinya.

 

Dan meski hal itu positif dalam arti bisa saling mendekatkan manusia dengan sesamanya, tapi hal ini juga bisa menimbulkan gangguan  dan membuat orang terlalu fokus pada kesulitannya.

 

Psikolog Jocelyn Brewer mengatakan ketika orang terlalu banyak menggunakan teknologi dan secara konstan selalu terhubung via gawai maka hal itu dapat memicu rasa takut terlewatkan sesuatu atau fear of missing out (FOMO).

 

Melepaskan ketergantungan pada gawai bukan hal yang mudah untuk itulah kini banyak diselenggarakan program detoksifikasi alias puasa perangkat elektronik  sambil bermeditasi seperti yang diselenggarakan di Kawasan Blue Mountain, NSW pada  musim panas ini.

 

Program liburan meditasi selama 10 hari ini dikelola oleh Patrick Given-Wilson, mantan bankir yang beralih menjadi instruktur meditasi.

 

Selama 10 hari, peserta program ini dilarang keras menggunakan alat teknologi komunikasi.

 

Meski tidak semua orang mau melakukannya, kelas detoks Gawain ini selalu penuh walau tanpa diiklankan.

 

"Ketika memulai program ini kami sangat kecil,” katanya.

 

"Fasilitas akomodasi kami sangat terbatas, banyak orang datang terpaksa harus tinggal ditenda – ini kondisi pada tahun 80-an, mungkin terlihat aneh tapi ini merupakan solusi.”

 

"Peserta program ketika itu kebanyakan backpackers dan juga pelajar.”

 

"Tapi sekarang sangat berbeda, peserta program ada yang berprofesi pengacara, dokter, pengusaha dan kelas kami selalu full – mereka bahkan rela mengantri di daftar tunggu.”

 

Dr Brewer mengatakan orang perlu memikirkan ulang terhadap hubungan mereka dengan teknologi.

 

“Saya kira kita perlu mengatur ulang perilaku kita dan bertanya pada diri sendiri ‘bagaimana perasaan kita ketika menggunakan teknologi ini dan bagaimana kita mengontrol penggunaan  teknologi bukannya malah membiarkan teknologi mengatur kita,” katanya.

 

"Yang paling penting terkait program detoks digital adalah bukan sekedar membatasi penggunaan perangkat digital saja, tapi juga bagaimana Anda juga meluangkan waktu untuk memaknai kegiatan-kegiatan yang hendak Anda lakukan dengan teknologi pasca melakukan program ini.”

 

sumber : http://australiaplus.com/indonesian/2015-12-22/atasi-ketergantungan-pada-gawai-dengan-program-detoks-digital/1528616
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement