REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di beberapa negara Barat, hewan mulai dilibatkan sebagai sarana pembantu dalam proses terapi manusia. Banyak rumah sakit dan panti jompo yang saat ini memiliki program terapi dengan menggunakan bantuan hewan, termasuk salah satunya Mayo Clinic yang berpusat di Minnesota, AS.
Meskipun praktik semacam itu belum benar-benar teruji secara ilmiah, namun ada sejumlah asumsi yang mencoba menjelaskan cara kerja terapi hewani tersebut. “Salah satunya adalah hipotesis Biofilia yang menyebutkan manusia pada dasarnya memiliki kecenderungan bawaan untuk merasa terhubung dengan makhluk hidup lainnya,” tutur pakar psikiatri dari Virginia Commonwealth University di AS, Sandra Baker, seperti dikutip Guardian, Rabu (30/12).
Proposisi lainnya yang mengungkap argumentasi hampir serupa adalah teori Dukungan Sosial yang menyatakan, hewan-hewan terapi mampu memberikan dukungan kepada subjek (manusia) tanpa harus merasa dihakimi.
Dalam 10 tahun terakhir, hewan-hewan sengaja digunakan untuk membantu terapi manusia. Sebagian besar di antaranya dilakukan oleh organisasi nirlaba yang dikelola oleh para sukarelawan.
Penelitian baru-baru ini menunjukkan memiliki hewan peliharaan dapat menurunkan tekanan darah seseorang. Bahkan, hasil studi yang dilakukan American Heart Association juga menyebutkan memelihara anjing dapat menurunkan risiko penyakit jantung pada manusia.
Beberapa studi lainnya mengungkap, hewan-hewan berbulu seperti kucing, kelinci, atau anjing, dapat membuat pemiliknya menjadi lebih tenang dan bahagia.“Penelitian juga menunjukkan hanya dengan membelai hewan peliharaan selama beberapa menit, dapat meningkatkan kadar hormon yang membuat kita merasa lebih baik,” ujar Direktur Program dan Pendidikan di New York Therapy Animals, Nancy George-Michalson.