REPUBLIKA.CO.ID, Setiap anak yang lahir diciptakan dengan kemampuan dan yang bakat berbeda-beda. Tapi tidak semua anak terlahir dengan kondisi psikologis yang normal. Beberapa penelitian menunjukkan 5-13 persen anak-anak usia sekolah mengalami gangguan psikiatrik yang bersifat kronis.
Kondisi ini membuat mereka kerap mengalami kesulitan dalam menyerap pelajaran di sekolah, sehingga tak jarang memerlukan bantuan khusus dari dokter spesialis psikologi. Dalam dunia kedokteran, salah satu kondisi anak yang mengalami gangguan disebut dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
Psikiater Ciputra Medical Center Jakarta, Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ mengungkapkan bahwa ADHD merupakan jenis gangguan psikologis anak yang berpusat pada perhatian, sehingga sering juga disebut dengan gangguan hiperaktif. Gejalanya berupa tantrum, sulit berkonsentrasi saat belajar, in attentive (kurang perhatian), tidak teliti, tidak rapi, gagal menyelesaikan tugas, gelisah hingga tidak bisa tenang ketika duduk di kursi sekolah.
“Anak ADHD cenderung sulit menyampaikan perasaannya terhadap orang lain, sering mengamuk, bahkan jika berbicara nampak tujuannya tidak fokus. Mereka juga kerap flapping (gerakan stereotipik yang berulang) hingga melukai dirinya sendiri. Jika kondisinya sudah seperti itu, tentu saja orang tua semakin khawatir,” kata Dharmawan, dalam acara Health Talk Ciputra Medical Center Jakarta, beberapa waktu lalu.
Orang tua anak dengan diagnosa ADHD umumnya mengkhawatirkan tumbuh kembang hinga kemampuan anak berprestasi di sekolah. Dharmawan mengatakan, anak dengan ADHD memang memerlukan penanganan khusus.
Gejala anak ADHD biasanya timbul pada saat usia 6-7 tahun. “Penyebab anak mengalami kondisi ini hingga sekarang belum dapat diketahui dengan pasti. Namun, faktor genetik dan kelainan struktur anatomi otak diperkirakan menjadi salah satu penyebabnya,” katanya.