REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Kepala Dinas Kesehatan Kota Palu, Sulawesi Tengah, dr. Ema Sukmawaty mengemukakan bahwa faktor yang paling dominan sehingga masyarakat terkena penyakit demam berdarah adalah minimnya perilaku sehat masyarakat itu sendiri.
"Perilaku masyarakat kita sangat jauh dari kesadaran atas kesehatan pada dirinya sendiri, akibatnya penyakit DBD mudah untuk menyerangnya," ungkap Ema Sukmawaty, di Palu, Rabu (27/1).
Dia mengatakan minimnya perilaku sehat ini juga ditunjukkan oleh rendahnya kesadaran dan upaya masyarakat untuk menjaga lingkungannya tetap sehat dan minim sekali media penyebaran nyamuk penyebar demam berdarah. Ia menyebut masyarakat tidak sepenuhnya merawat dan membersihkan lingkungannya dari segala penyakit yang dapat menyakiti fisiknya.
Terbukti, kata dia, masyarakat lebih condong mengurus dan membersihkan di dalam rumah mulai dari teras hingga dapur, namun lupa untuk membersihkan halaman yang terletak di samping dan belakang rumah.
Padahal potensi besar yang dapat membuat nyamuk Aedes aegepty berkembang yakni dari halaman rumah yang tidak sehat. "Mestinya lingkungan kita harus dijaga dan dibersihkan setiap saat, agar tidak mudah menjadi sarang dan perkembangbiakan nyamuk yang nantinya akan merugikan kita sendiri," ujarnya.
Dia menguraikan saat ini jumlah penderita DBD sebanyak 16 pasien terhitung sejak tanggal 1 sampai dengan 20 Januari, jumlah tersebut jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah penderita DBD pada Januari 2015 yang mencapai 98 orang.
Sekalipun demikian, kata dia, masyarakat harus pandai untuk mengenal sumber dari penyakit tersebut, serta mewujudkan perilaku dan lingkungan yang sehat. Hal itu agar nyamuk yang menimbulkan penyakit tersebut, tidak mudah untuk berkembang dan dapat menyakiti masyarakat atau diri kita sendiri.
"Kami berharap 16 pasien yang positif DBD selama Januari 2016 tidak bertambah. Hal itu dapat dilakukan jika masyarakat dapat merubah perilaku dan menjaga lingkungannya," sebutnya.